sebenarnya saya ingin memberi judul : Bupati Kita semua.
Tapi bila narasi yang saya tulis berseberangan dengan sudut pandang pembaca, pasti akan dimentahkan dengan pertanyaan : "kita" yang mana..?Â
maka untuk lebih meringankan beban pertanyaan,saya beri judul Bupatimu,Bupatiku. sehingga kalaupun berbeda memang judulnya sedari awal sudah berbeda dalam artian bupati suka-sukanya kita.Sesuai dengan sebaran Informasi  KPU RI pendaftaran pasangan calon kepala daerah dimulai pada tanggal 27 Agustus 2024.Â
Kurang hampir 1 bulan dari sekarang,waktu yang singkat untuk proses  bagi kandidat Calon baru. Maksud saya singkat untuk proses mensosialisasikan,tentunya sosialiasi sangat penting untuk dilakukan,mengingat dalam proses tersebut memuat dua point penting pengenalan dan pencitraan.
oleh karena itu bukan lagi hal yang mengejutkan  waktu yang semakin berkurang papan baliho para kandidat juga semakin banyak bertebaran. Bersamaan dengan pemangasan Baliho,dibentuklah para kelompok sukarelawan yang juga sekaligus berperan sebagai jurkam dadakan.Â
keberadaan mereka membuat variasi dan warna politik kian mempelangi,mulai dari aktivitas membuat konten-konten media sosial dalam "membentuk" kepribadian tokoh sesuai sosok yang hendak dicitrakan. mulai dari figur dengan citranya sebagai sosok yang merakyat, yang peduli, yang tegas, yang agamis, yang bersih atau sosok yang rendah hati.Â
cara-cara ini sudah menjadi rencana awal yang memang sudah dipersiapkan dengan harapan agar semakin dikenal oleh rakyat sehingga  sang figur  dapat meraih tingkat Popularitas yang tinggi. setelah sudah banyak yang mengenal maka cara selanjutnya  adalah meyakinkan masyarakat bahwa dialah figur yang paling pantas untuk mewujudkan harapan mereka.Â
cara ini juga sebagai upaya dalam mengukur akseptibilitas sejauh mana daya terima masyarakat terhadap sang kandidat. karena bagi pandangan pribadi saya  popularitas yang tinggi tidak otomatis memiliki aksepbilitas yang tinggi. ini terbukti dari beberapa figur ataupun tokoh yang diyakini  memiliki popularitas  tinggi justru masih kesulitan dalam mencapai target akseptibiltasnya ditengah-tengah masyarakat lebih tepatnya akseptabilitas adalah popularitas plus kredibilitas alias kepercayaan.Â
menarik kalau melihat bagaiman seorang figur membangun kepercayaanya di masyarakat.? apalagi figur tersebut baru dikenal. memang tidak mudah seperti memilih bentor harus sama-sama cocok soal harga baik situkang bentor atupun sipenumpangnya. supaya bentornya bisa "berjalan mulus".
strategi pertama kita perlu memastikan sejauh mana figur tersebut terlibat dalam "political involvement" (keterlibatan politik) yang intens dalam aktivitas politik keseharianya selama ini. barangkali yang saya maksud bukanlah partisipasi politik yang hanya 5 tahun sekali dilaksankan baik itu Pemilu ataupun Pilkada dengan berbagai macam kegiatan mulai dari kampanye ataupun diskusi politik yang intens dilaksanakan hanya ketika pesta demokrasi berlangsung.Â
Melainkan bagaimana figur ini selalu terlibat dalam mempengaruhi kebijakan publik,mendorong berbagai macam gerakan kerakyatan,ataupun terlibat aktif dalam penyelesaian masalah-masalah sosial,baik itu soal ekonomi,hukum,kesehatan, pendidikan,agama dan budaya.Â
Semakin intensif seseorang melibatkan diri pada proses politik, baik sebagai eksekutif, legislatif maupun sebagai elemen politik lainnya, akan membuat masyarakat "peduli" dengan keberadaan tokoh tersebut. namun kepedulian itu sangat tergantung pada perilaku politik figur tadi,apakah sikap politiknya untuk masyarakat atau hanya kepentingan pribadiÂ
Strategi kedua, si figur harus dipastikan menjalin komunikasi politik yang bersifat positif seperti membangun  kedekatan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di masyarakat (influencer ). tentunya dengan komunikasi politik yang bersifat positif akan membuat pernyataan positif dari dari para tokoh-tokoh yang memberikan dukungan terhadapnya.
sejauh ini percaturan politik Boalemo untuk kandidat calon Bupati dan wakil Bupati  baru pada sebatas mengukur popularitas dan akseptibilitas. Kita belum pada fase komparatif antar tokoh yang akan berkompetisi. padahal dari beberapa figur yang dimunculkan sudah memiliki  akseptabilitas lebih dari satu, maka harusnya masyarakat sudah  pada proses pembandingan dengan menggunakan dua sudut pandang : retrospektif (Melihat Kebelakang) dan prospektif (Melihat Kedepan).Â
Retrospektif melihat masa lalu figur, terkait apa yang sudah dilakukan dan jejak-jejak kehidupan yang telah dilalui. Prospektif melihat seperti apa kebutuhan mereka di masa depan dengan memperkirakan seberapa mungkin figur itu dapat memenuhinya. bagi saya akan ada banyak tanggapan dan pertanyaan yang sudah siap diajukan oleh masyarakat saat ini.
 Tentunya  dengan keragaman masyarakat saat ini di tambah dengan  adanya  berbagai macam masalah yang belum terselesaikan  apakah calon bupatimu atau calon  bupatiku sudah siap dengan jawaban-jawabanyya ? sehingga dari berbagai macam pendapat dan pertanyaan dengan dua sudut pandang itu  seorang figur  bisa mendapat nilai positif tertinggi dibanding figur lainnya, dengan ini figur yang mencalokan diri sebagai bupati itu dapat dikategorikan memiliki elektabilitas (keterpilihan) yang optimal, menarik memang jika  pilkada di Boalemo  tidak sekedar justifikasi otoritas saja.
pertanyaan kita semua , siapa figur  yang  elektabilitasnya optimal.? bagi pribadi Saya jawabanyya tidak tahu. Â
tapi jika anda bertanya siapa  Bupati yang saya inginkan ? maka jawaban sayaÂ
dia yang disukai oleh Petani dan Nelayan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H