Mohon tunggu...
Kevin Sairullah
Kevin Sairullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Humanisme

Pecandu Keheningan | Penikmat Kopi | Membaca Dan Menulis |

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kevin: Bupatimu, Bupatiku

24 Juli 2024   23:33 Diperbarui: 25 Juli 2024   03:33 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 opini Kevin Sairullah

sebenarnya saya ingin memberi judul : Bupati Kita semua.

Tapi bila narasi yang saya tulis berseberangan dengan sudut pandang pembaca, pasti akan dimentahkan dengan pertanyaan : "kita" yang mana..? 

maka untuk lebih meringankan beban pertanyaan,saya beri judul Bupatimu,Bupatiku. sehingga kalaupun berbeda memang judulnya sedari awal sudah berbeda dalam artian bupati suka-sukanya kita.Sesuai dengan sebaran Informasi  KPU RI pendaftaran pasangan calon kepala daerah dimulai pada tanggal 27 Agustus 2024. 

Kurang hampir 1 bulan dari sekarang,waktu yang singkat untuk proses  bagi kandidat Calon baru. Maksud saya singkat untuk proses mensosialisasikan,tentunya sosialiasi sangat penting untuk dilakukan,mengingat dalam proses tersebut memuat dua point penting pengenalan dan  pencitraan.

oleh karena itu bukan lagi hal yang mengejutkan  waktu yang semakin berkurang papan baliho para kandidat juga semakin banyak bertebaran. Bersamaan dengan pemangasan Baliho,dibentuklah para kelompok sukarelawan yang juga sekaligus berperan sebagai jurkam dadakan. 

keberadaan mereka membuat variasi dan warna politik kian mempelangi,mulai dari aktivitas membuat konten-konten media sosial dalam "membentuk" kepribadian tokoh sesuai sosok yang hendak dicitrakan. mulai dari figur dengan citranya sebagai sosok yang merakyat, yang peduli, yang tegas, yang agamis, yang bersih atau sosok yang rendah hati. 

cara-cara ini sudah menjadi rencana awal yang memang sudah dipersiapkan dengan harapan agar semakin dikenal oleh rakyat sehingga  sang figur  dapat meraih tingkat Popularitas yang tinggi. setelah sudah banyak yang mengenal maka cara selanjutnya  adalah meyakinkan masyarakat bahwa dialah figur yang paling pantas untuk mewujudkan harapan mereka. 

cara ini juga sebagai upaya dalam mengukur akseptibilitas sejauh mana daya terima masyarakat terhadap sang kandidat. karena bagi pandangan pribadi saya  popularitas yang tinggi tidak otomatis memiliki aksepbilitas yang tinggi. ini terbukti dari beberapa figur ataupun tokoh yang diyakini  memiliki popularitas  tinggi justru masih kesulitan dalam mencapai target akseptibiltasnya ditengah-tengah masyarakat lebih tepatnya akseptabilitas adalah popularitas plus kredibilitas alias kepercayaan. 

menarik kalau melihat bagaiman seorang figur membangun kepercayaanya di masyarakat.? apalagi figur tersebut baru dikenal. memang tidak mudah seperti memilih bentor harus sama-sama cocok soal harga baik situkang bentor atupun sipenumpangnya. supaya bentornya bisa "berjalan mulus".

strategi pertama kita perlu memastikan sejauh mana figur tersebut terlibat dalam "political involvement" (keterlibatan politik) yang intens dalam aktivitas politik keseharianya selama ini. barangkali yang saya maksud bukanlah partisipasi politik yang hanya 5 tahun sekali dilaksankan baik itu Pemilu ataupun Pilkada dengan berbagai macam kegiatan mulai dari kampanye ataupun diskusi politik yang intens dilaksanakan hanya ketika pesta demokrasi berlangsung. 

Melainkan bagaimana figur ini selalu terlibat dalam mempengaruhi kebijakan publik,mendorong berbagai macam gerakan kerakyatan,ataupun terlibat aktif dalam penyelesaian masalah-masalah sosial,baik itu soal ekonomi,hukum,kesehatan, pendidikan,agama dan budaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun