Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Prosesi Ritual "Usaba Sri" yang Unik dan Menarik di Desa Adat Sibetan

2 Februari 2018   22:00 Diperbarui: 9 Februari 2018   08:05 2337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian sakral "Daratan" khas desa adat Sibetan

Tarian sakral "Daratan" khas desa adat Sibetan
Tarian sakral "Daratan" khas desa adat Sibetan
Setelah selesai prosesi "mabuwang" ini, mereka akan duduk-duduk di tengah lapangan sambil menghadapi sesaji-sesaji yang telah mereka siapkan sebelumnya. Sesaji-sesaji tersebut setelah didoakan, lalu dinikmati dan dilempar-lempar ke tengah lapangan sebagai wujud rasa syukur terhadap kemakmuran yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. 

Tidak ketinggalan pula diisi dengan prosesi "metuakan" rangkaian pesta sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil bumi yang telah dilimpahkan kepada masyarakat desa. Di panggungan sendiri akan digantung beraneka macam hasil bumi produk desa setempat. Usai semua prosesi ini, barulah dilanjutkan dengan pementasan berbagai tarian sakral, seperti: "Rejang Dewa" dan Baris Gede". 

Usai pementasan tarian ini, barulah Ida Betara yang "melingih" di "panggungan" Balai Agung tedun (turun) secara bergilir, masing-masing sebanyak tiga kali. Rangkain proses "mebiyasa" tersebut diiringi gamelan yang penuh semangat, saat itu pula masyarakat akan ada yang ngayah "Narat" yaitu tarian dengan menghunus keris yang ditusuk-tusukkan di dadanya secara membabi buta dengan bertelanjang dada. 

Biasanya pada saat itu pula akan banyak orang (utamanya anak-anak muda yang "kerauhan" akan melalukan tarian-tarian dengan teriakan-terikan histeris. Mereka akan berhenti menari dan berteriak secara tidak sadar, setelah diperciki "wangsuh pada" (air suci yang didoakan) oleh para pemangku adat setempat. Prosesi "mebiyasa" akan diakhiri dengan atraksi "Ida Betara Gede Sakti" (tari barong sakral).

Keesokan harinya (hari ke-4) dilakukan prosesi "Penyineban" di pagi hari. Usai persembahyangan dan prosesi "murwa daksina" (mengelilingi Balai Agung) sebanyak tiga kali, Ida Betara "katuran" (dipersilahkan) matuk (kembali ke Pura masing-masing). Namun, Ida Betara yang berasal dari desa dinas Jungutan akan melakukan prosesi ritual "mesucian" di Pura Telaga Tista. 

Sedangkan Ida Betara Maksan Dalem Sibetan, Ida Betara Maksan Puseh Sibetan, Ida Betara Maksan Bangkak, Ida Betara Maksan Sega, Ida Betara Maksan Pejabungan, Ida Betara Penataran, para "Premade", Ida Betara Gede Sakti, dan Betara Sri (yang disimbolkan dengan padi) katuran "mesucian" di Pura Penyatur Tengah. Usai prosesi mesucian, barulah Ida Betara kembali ke Istana-Nya.

Untuk tahun 2018 ini, "Pemedal" dilakukan pada hari Selasa 30 Januari 2018, kemudian "Pemelayagan" pada hari Rabu,tanggal 31 Januari 2018. "Pengebek" pada hari Kamis, 1 Februari 2018, serta "Nyineb" Jumat, 2 Februari 2018. Dan pada saat hari "Pengebek" tahun ini paling banyak masyarakat (umumnya anak muda) yang "kerauhan" (semacam kemasukan roh).

Apakah tahun depan akan terjadi "kerauhan" yang lebih banyak lagi? Menarik untuk kita tunggu.

Prosesi "mebiyasa" Ida Betara berkeliling area yang ditentukan 3x
Prosesi "mebiyasa" Ida Betara berkeliling area yang ditentukan 3x

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun