Mohon tunggu...
Keristin Oktalia
Keristin Oktalia Mohon Tunggu... Aktris - Mahasiswi Stikom Bandung

penulis naskah film, novel, puisi, lirik lagu,dll

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Happy Birhtday, Dead

20 April 2019   18:27 Diperbarui: 20 April 2019   18:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(Tiup Lilinmu bukan berarti panjang umurmu)

2. Sweet Family

7 tahun berlalu.Semenjak kejadian tragis itu.Peristiwa kelam itu pun sirna dilalap waktu.Kini saatnya membuka lembaran baru.Bagi pria itu.Dia yang kini sudah beristri dan dikarunia seorang anak perempuan yang cantik jelita.

Pria bertubuh tegap, rambutnya tertata rapi, serta mata dan bibirnya yang manis tengah tersenyum memperlihatkan keharmonisannya dengan keluarga kecilnya. Bayangkan saja.Siapa sih yang tidak bahagia dengan kelengkapan keluarga.Kalian bisa lihat eyesmile nya yang senyum berseri -- seri.

Heri, itulah namanya.Pria penyayang dan berwibawa yang menemani istri dan anak semata wayangnya berlibur melepas penat setelah menghadapi pekerjaan yang begitu membebani pikiran.Saat ini mereka telah selesai berlibur.Pulang ke rumah. Istana yang sejatinya menjadi tempat paling nyaman untuk berteduh dari terik sang raja siang, derasnya guyuran hujan, serta menjadi tempat untuk membina rumah tangga itu siap menyambut kedatangan mereka.

"Sayang, sudah sampai.Ayo turun", Heri memberhentikan mobil mewahnya.

"Sayang ...", panggil istri Heri kepada putrinya.

"Sayang, bangun.Kita udah sampai", dia menepuk pundak anaknya.

"Udah nggak usah dibangunin.Sini papa gendong".

"Tapi sayang ..."

"Nggak apa -- apa. Mungkin dia capek habis main -- main di Pantai".

"Sayang ..."

"Nggak apa -- apa, Mil".

"Aku angkatin barang -- barangnya ya".

"Iya, tapi jangan angkat yang terlalu berat.Itu biar aku aja".

Mila, nama istrinya. Wanita berparas cantik, berambut gelombang panjang, serta bibir merah manisnya yang menjadi pelengkap dalam dirinya.Wanita yang anggun, ramah, dan elegant itu tanpa mengeluh sedikit pun mengangkat koper -- koper itu ke dalam.

"Aduh sayang.Kan aku udah bilang, biar aku aja kalau itu terlalu berat".

"Nggak apa -- apa sayang. Kamu pasti lebih capek. Aku siapkan minuman ya .... Kamu pasti haus".

"Aku haus akan belaianmu", Heri memeluknya dari belakang.

"Kamu apaan sih? Kayak oarng baru pacaran aja".

"Tapi memang bener.Terlalu sibuk bekerja bikin aku jarang meluk kamu.Aku merasa seperti ini pertama kalinya".

"Gombal!"

"Biarin. Tapi romantic kan? Kamu suka?"

"Menurut kamu?"

"Harus suka lah. Apalagi suami romantic idaman kayak aku. Aku tau kamu pasti suka".

"Hahahahaha ... Ge Er!"

"Kok Ge Er sih?"

"Hahahahaha ... iya deh iya.Aku suka.Kamu memang suami paling romantic sedunia".

"Masa sih?"

"Iya".

"Ciyus?"

"Ciyus dong".

"Mi apa?"

"Mi telor. Hahahahaha ...."

"Yah, sayang.Tapi, makasih sayang.Aku senang dipuji kamu".

"Aku juga senang".

"Senang digombalin aku?"

"Senang jadi istri kamu dan selalu disamping kamu".

"Hmm ... istriku ternyata bisa gombal".

"Gombal apa sih?"

"Itu tadi kamu gombal".

"Kok gombal sih?"Serius tau".

"Mau dong, digombalin kamu lagi".

"Aku nggak jago gombal kayak kamu tau".

"Masa?"

"Iya".

"Iya deh iya.Sayang, buatkan kopi.Aku pingin kopi terenak buatan istriku".

"Iya sayang, aku buatkan.Dari tadi mau bikini tapi kamu gombal terus".

"Iya sayang, iya".

Mereka larut dalam canda tawa.Kata demi kata romantis yang merupakan jurus ampuh menjaga keromantisan keluarga itu dilontarkan sembari Mila menyeduh secangkir kopi.

"Memang benar kataku.Tidak ada kopi yang seenak buatan istriku.Apalagi ini dibuat dengan cinta", Heri menghirup aroma kopi itu dan menyeruputnya.

"Ya jelaslah".

"Hmm ... kebiasaan.Begitu dipuji suami sedikit, hidungnya langsung terbang", Heri menggoda Mila sambil mencubit hidungnya.

"Bukan cuma hidung yang terbang, aku juga rasanya mau melayang", Mila memperagakan caranya terbang.

" wah, sekarang jadi lebay".

"Biarin!", sambil masih memperagakan cara terbang.

"Hahahahaha ....", Heri terpingkal -- pingkal melihat tingkah konyol istrinya.

"Sayang, lama -- lama kamu cocok jadi peran burung di acara pentas  teater".

"Bukan burung, tapi bidadari".

"Bener, kamu cocok jadi burung".

"Burung dara?"

"Burung gagak. Hahahaha ...."

"Ih sayang.Masa aku disamakan sama burung item?"

"Iya sayang.Bercanda.Udah ah, jangan cemberut.Nanti aura kecantikan kamu memudar".

"Biarin!", Mila tiba -- tiba mengerutkan dahi. Pertanda tak suka.

"Iya sayang, maaf.Bagiku kamu lebih cantik dari bidadari".

"Apaan sih?", bibirnya gemetar sedikit.

"Nah gitu dong.Tuh, udah mau senyum, ya?"

"Nggak tuh", bibirnya perlahan menunjukan senyumannya.

"Itu. Senyum.", Heri terus menggoda istrinya.

Mereka kembali dalam suasana cerah ceria. Pasangan suami istri yang sudah menikah sejak kurang lebih tujuh tahun lalu itu bak dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Seperti ABG yang baru pacaran saja.Merayu, dan bercanda.Itulah yang dilakukan mereka.mungkin karena kesibukan Heri yang harus banting tulang yang membuatnya kurang memiliki waktu luang untuk membuat momen romantic bersama istri. Hari inilah akhirnya mereka dapat berkumpul bersama.

Tanpa sadar, anaknya yang membawa boneka panda itu diam -- diam mengintip mereka dari balik pintu kamarnya.Sambil tersenyum dan tertawa kecil.Melihat tingkah orangtuanya.Gadis mungil itu menatap lama sekali.

"Oh iya.Aku lihat Lisa dulu ya", Mila hendak melangkah menuju kamar putrinya.

"Eh, Lisa.Udah bangun?Sini, kamu ngapain diam disitu?"

"Ayo sayang.Sini", panggil Heri.

"Lisa, gimana liburan kemarin?", Heri bertanya sambil mengelus rambut putrinya.

"Seru kok pa. Kapan -- kapan, kita kesana lagi ya pa ...."

"Iya dong sayang.Kalau kita semua ada waktu luang".

"Oh iya, kamu masuk sekolah kapan?"

"Lusa, ma".

"Kalau begitu, besok kamu siapkan semua kebutuhan sekolah sendiri ya .... Soalnya mama besok ada kerjaan".

"Tapi, ma.Bi Marni dan Mang Cecep kapan kesini?"

"Kenapa nanyain Bi Marni dan mang Cecep?"

"Kan biasanya yang bantuin aku nyiapin kebutuhan sekolah itu Bi Marni dan Mang Cecep".

"Diajar mandiri sayang. Masa keperluanmu sendiri aja masih harus ngandalin orang lain".

"Lagi pula, mereka minggu depan baru bisa bekerja lagi disini. Kamu bisa siapkan sendiri?"

"Hmm ... iya pa, ma".

"Ya udah, sekarang kamu mandi.Papa juga.Aku siapkan makan siang".

"Iya ma. Mama juga".

"Iya, mama mandinya setelah kalian. Udah, mandi dulu sana. Biar segar"

Mila duduk sejenak.Sambil sesekali memandang mereka.lalu bergegas menuju kulkas. Mengambil bahan masakan.Kemudian melangkah menuju dapur.Mulai memasak. Hal yang baginya merupakan pekerjaan wajib itu ia racik menjadi nasi goreng favorit keluarga.Pokoknya tidak ada yang bisa menolak aroma masakannya yang menyentuh hidung.Mensugestikan siapapun yang mencium baunya dapat merasakan sesuatu yang membuat lidah bergoyang.

"Tada ... this is it Nasi goreng ala mama Mila. Silakan", Mila bergaya layakanya chef yang biasa tampil di layar televisi.

"Thank You istriku".

"Ayo dimakan".

"Wah ... enak banget ini.Kamu memang koki idola keluarga".

"Makasih sayang.Lisa, kenapa bengong?Dimakan dong.Kan nggak enak kalau makanan Cuma diliatin aja.Nanti keburu dingin".

"Iya ma".

"Kenapa Lisa? Masakan mama tidak enak?"

"Atau kamu lagi nggak enak badan?"

"Ng ... nggak kok, ma.Masakan mama enak kok".

"Kalau enak, dimakan dong.Makan sampai habis ya.Jangan sampai sisa.Nanti nasinya nangis".

"Oke mama".

"Lisa, kamu sebenarnya ngelamunin apa?"

"Nggak ngelamunin apa --apa kok pa.Cuma kecapekan aja".

"Oh. Ya udah, sekarang kamu lanjutkan makannya".

"Kira -- kira, mama sama papa ingat nggak ya lusa itu hari apa?", gumam Lisa dalam hati sembari menggerak -- gerakkan sendok dan garpunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun