Untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya, Sugiantoro berkeliling mencari tempat pembuangan sampah, memulung, dan memilah sampah plastik dan kardus untuk dijual kembali ke pengepul.
Ia mengaku pendapatannya tidak menentu. Beruntung jika dalam sehari ia bisa mengumpulkan uang Rp 30 ribu - Rp 50 ribu. Namun, jika dia tidak, dia hanya bisa membawa pulang Rp. 15 ribu.
Namun, dia tidak ingin anak-anaknya bernasib sama seperti dirinya. Setiap hari ia bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar bisa menyekolahkan anak-anaknya, agar kelak nasib mereka lebih baik darinya.
"Saya katakan kepada anak-anak saya, Anda harus pergi ke sekolah, jika Anda harus pergi ke perguruan tinggi. Jangan pikirkan biayanya, biar saya saja yang bekerja," imbuhnya.
Menurut Sugiantoro, untuk berpendidikan tidak harus kaya. Selama ada kemauan untuk berusaha dan berdoa, tidak ada yang tidak mungkin.
Namun, dia tidak ingin menjadi hamba yang durhaka kepada Tuhannya. Setiap hari, Sugiantoro tidak pernah melalaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, yaitu shalat 5 waktu.
"Inilah takdir saya. Saya ikhlas dan senang. Saya bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan kepada saya, tak terhitung jumlahnya," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H