Mohon tunggu...
Kerishna MW
Kerishna MW Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

unknown

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Pemulung

31 Mei 2022   00:07 Diperbarui: 31 Mei 2022   00:21 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat itu sudah hampir larut malam. Seorang ayah pemulung masih bekerja memungut sampah di jalan. Meski sudah tua, tangannya masih lincah memungut gelas dan botol plastik bekas air mineral. 

Di depan warung nasi goreng, lelaki tua itu berhenti sejenak. Dia melihat ke gerobak nasi goreng, lalu melihat ke dalam isi karung. Tak lama kemudian dia kembali berdiri. Mungkin, dia lapar dan bau nasi goreng menggodanya. Namun karena hasil mengais di karungnya masih sedikit, ia menolak untuk membelinya.

 Beberapa pembeli nasi goreng tidak peduli melihat pemulung pergi begitu saja. Sudah menjadi rahasia umum bahwa profesi pemulung dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. 

Pemulung ditempatkan sebagai kasta terendah dalam hierarki pekerjaan manusia. Bahkan tidak sedikit pula masyarakat yang memberikan stigma negatif kepada pemulung: pemulung dianggap pemalas, pemulung dianggap maling yang pura-pura mencari sampah, dan beberapa stigma negatif lainnya. 

Bahkan, ketika orang-orang ini bangun di pagi hari dan melihat jalanan bersih dari botol plastik, itu karena para pemulung telah membantu membersihkannya.

Tidak semua orang harus didengar. Apalagi jika itu hanya prasangka atau penilaian sepihak dari orang-orang yang mungkin belum sepenuhnya mengenal kita.

Jadi lebih baik menjauh dari mereka dan fokus untuk terus meningkatkan diri.

Inilah yang dilakukan Sugiantoro, seorang lelaki tua yang berprofesi sebagai pemulung.

Pria kelahiran 1959 ini mengaku sering diejek dan dianggap maling karena pekerjaan yang dilakukannya setiap hari.

"Saya suka disebut maling, sama seperti tetangga saya, tapi saya tidak mau repot. Lagipula, sebenarnya aku juga bukan pencuri," katanya

Sugiantoro adalah ayah dari empat anak, dua lainnya sudah menikah dan memiliki kehidupan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun