Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Kejutan dari Bapak

30 November 2017   23:49 Diperbarui: 1 Desember 2017   00:01 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FROM https://contohpantunpuisicerpen.blogspot.co.id

Hari ini hari Minggu. Bapak tidak masuk kerja. Aku melihat Bapak sedang mencuci sepeda motor warna merah.

"Ina,  sini."  Bapak     memanggilku     sambil menyemprotkan air ke sepeda motor.

"Iya, Pa." Aku berlari kecil menuju Bapak.

"Ina pagi tidak boleh main ya. Di rumah saja,"kata Bapak sambil tersenyum.

"Kok nggak boleh, Pa? Ini kan libur. Ina mau main ke rumah Rani." Tanyaku dengan heran.

"Masak anak Bapak yang pintar, tidak mau menuruti kata Bapak sih?" Bapak tersenyum. Ihh, masak sih aku tidak boleh main, kataku dalam hati

"Masak Ina tidak boleh main, Pa." Kataku sambil cemberut.

"Hemmm, karena,..." Bapak menghentikan ucapannya sambil tersenyum.

Aku duduk di lantai. Ingin menangis. Bapak nakal, masak aku tidak boleh main. Hari ini kan hari Minggu. waktunya libur. Bapak tersenyum lagi.

" Masak anak Bapak begitu saja mau nangis. Mau tau kenapa tidak boleh main? Karena Bapak mau ajak Ina dan Kak Didi ke festival kuliner. Di sana banyak makanan enak." Kata Bapak.

"Benar,Pa? Horeee.. Ternyata Bapak mau ajak Ina ya, karena itu bilang ke Ina jangan main."

"Iya, tapi ada syaratnya. Kamar Ina harus sudah rapi sebelum kita berangkat. Anak perempuan harus rajin membereskan kamar sendiri,"

"Terus kak Didi ngapain? Masak cuma aku yang membereskan kamar tidur?

"Kak Didi juga sama dengan Ina. Karena kamar tidur kalian sendiri sendiri. Setelah selesai semua, Bapak, Ina sama kak Didi naik motor ke alun-alun."

"Baik, Pa."

Dengan gembira, aku bergegas masuk ke kamar. Bantal dan guling yang berserakan , aku rapikan. Boneka beruang kesukaanku, aku letakkan di samping bantal. Sprei bergambar spongebob, aku rapikan. 

Setelah selesai, aku ke tempat kak Didi. Aku lihat Kak Didi juga sedang merapikan kamar tidurnya.

"Ayo kak Didi, cepetan. Aku mandi dulu ya." Kataku pada Kak Didi.

"Iya, sana mandi dulu, kakak beresi tempat tidur.Mandinya gantian."

Aku setengah berlari ke kamar mandi. Tidak sabar rasanya segera pergi bareng Bapak ke alun-alun. Ketika sampai pintu kamar mandi, Ibu memanggil. "Inaa.."

"Iya, Ma?" Aku menengok ke arah Ibu yang muncul dari dari dapur sambil tangannya di belakang.

"Ada yang lupa gak?"

"Apaan, Ma. Buruan nih, Aku mau pergi dengan Bapak." Kataku tidak sabar.

"Duh, anak Ibu, semangat sekali mau pergi dengan Bapak." Ibu tersenyum lalu berkata," Nih.. Sebuah handuk warna merah. "Eh iya, handuknya lupa. Masak mau mandi tidak pakai handuk ya Ma."

Aku segera meraih handuk dari tangan Ibu.Kemudian mandi

Bapak sudah selesai mencuci sepeda motor. Tampak bersih seperti baru. Aku lihat Bapak sudah berpakaian rapi.

"Ayo, Pa kita berangkat. Aku sudah selesai membereskan tempat tidur. Sudah mandi." Kataku pada Bapak yang sedang duduk bersama Ibu.

"Sebentar, Sayang. Kak Didi masih ganti baju.Barusan mandi."

"Baik, Pa."

***


Langit tidak mendung. Aku bersyukur karena berarti tidak akan turun hujan. Sambil menunggu Kak Didi, aku duduk dekat Bapak.

"Festival Kuliner itu apa sih, Pa?"

"Ehm, festival kuliner itu perayaan yang diadakan masyarakat dengan membuat makanan atau minuman untuk dipamerkan juga dijual."

"Wahh, jadi banyak makanan dong, Pa?"

"Iya tentu saja banyak. Nanti Ina sama Kak Didi boleh milih makanan yang disuka.

"Horeee...asyik.." Aku tertawa senang.

Kak Didi sudah keluar kamar dengan rapi. Bapak kemudian mengajak kami naik motor.

Aku naik di depan Bapak. Sedang Kak Didi di belakang. Duduk di depan rasanya senang sekali. Bisa melihat mobil dan kendaraan lainnya lebih jelas. Aku paling senang ketika berBapaksan dengan andong. Kendaraan yang ditarik oleh kuda. Pengemudinya dinamakan pak Kusir. Sampai di alun-alun, Bapak memarkir motornya di tempat parkir. Pak Juru parkir kemudian mengatur sepeda motor dengan ditata rapi. Alun-alun sudah terlihat banyak orang. Banyak anak- anak seumurku yang diantar Bapaknya. Ada yang bersama kakek-neneknya.

Aku, Bapak dan Kak Didi segera masuk ke tempat yang sudah diberi pagar dengan bambu. Banyak sekali gambar yang dipasang di dalamnnya.

"Ina, Kak Didi...iinilah Festival Kuliner. Ada banyak sekali makanan. Semuanya makanan khas daerah yang ada di nusantara. Ayo kita lihat dan cicipi makanan yang berasal dari daerah paling barat. Hayo sapa yang tahu daerah paling barat dari negara kita. Yang menjawab duluan, akan Bapak kasih hadiah."

Aku    berpikir    dan    mengingat    yang    pernahdiajarkan Bu Guru Fatma.

"Banda Aceh, Pa!" teriak Kak Didi.

"Betul sekali kak Didi. Hadiahnya nanti kalau di rumah. Bapak akan memberi uang jajan lebih. Tapi buat ditabung ya." Kata Bapak.

"Horee... yess." Kak Didi teriak girang. Yahh, aku kalah cepat. Padahal tahu, kataku dalam hati. Sekarang kita stan Provinsi Aceh. Tangan Bapak menggandengku di tangan kanan, sedang Kak Didi digandeng tangan kiri.

"Pak, mie acehnya tiga." Kata Bapak ke seorang lelaki yang sedang sibuk memasak.

"Mie goreng kering, mie goreng basah atau berkuah?" Tanya seorang bapak bertopi koki.

"Sebentar saya tanya anak-anak dulu." Bapak lalu menengok ke arah kami. "Ina suka yang berkuah atau garing?"

"Aku yang berkuah, Pa." jawabku.

"Aku goreng basah " Kak Didi menyahut,

" Baik, tunggu sebentar ya. " Bapak bertopi koki berkata ramah dan tersenyum.

Kami lalu duduk. Banyak sekali orang berlalu-lalang. Untung ada Bapak.Kalau tidak, mungkin aku akan bingung karena ramainya orang yang datang. Tidak lama pesanan mie sudah datang.

"Silahkan dinikmati." Kata Mbak yang mengantar makanan. Wah mienya keliatannya enak sekali.

"Nah, inilah mie Aceh. Makanan khas dari Banda Aceh. Coba liat bentuk mie-nya. Besar dan pipih atau gepeng. Warnanya juga bagus, kuning terang."

"Iya Pa. Aku belum pernah lihat mie seperti ini. Eh ini apa Pa?" Kak Didi bertanya sambil menunjukkan sebuah irisan yang ada di dalam mie."

"Oh, itu daging.Ini bedanya mie Aceh dengan mie yang lainnya. Mie Aceh biasanya dicampur dengan daging sapi atau daging sapi. Kadang kala dicampur dengan cumi-cumi atau udang. Ayo dimakan."

"Ini kuahnya agak hitam, Pa." kataku.

"Punya Ina berkuah ya. Ehm.. kuah seperti ini yang membedakan Mie Aceh dengan mie biasa. Mie Aceh, kuahnya seperti kuah kare, yang agak kehitaman. Tapi enak lho, ayo cicipi."

Aku, Kak Didi dan Bapak kemudian makan Mie Aceh. Rasanya enak banget. Tadi dari rumah kata Bapak, jangan makan dulu. Karena mau makan di Festival Kuliner. Dan aku habiskan Mie Aceh yang enak ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun