Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FABEL] Janji Kodok

7 November 2015   22:54 Diperbarui: 7 November 2015   23:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit masih berasap saat rakyat Rimba berkumpul di sebuah sumber air. Tampak seekor Singa yang sudah ompong berdiri  di atas tonggak kayu yang baru ditebang.

“Wahai rakyat Rimba,  Sudah kalian ketahui bahwa aku sudah mengundurkan diri sebagai Ksatria Rimba. Dan hari ini, seperti kebiasaan kita, akan diadakan pertandingan  untuk menentukan siapa Ksatria Rimba selanjutnya. Semua boleh ikut! Apakah kalian sudah siap?”

Riuh para binatang saling berbisik dan bergumam.  Masih tampak sebagian berwajah bingung.

“Tuan Singa, apakah aturan pertandingan sudah berubah atau bagaimana? Karena sebagian dari kami banyak yang masih muda dan belum pernah mengikuti pertandingan ini. Karena pertandingan terakhir terjadi saat Tuan masih muda.” Seekor Ular bertanya.

Singa, tersenyum,” Iya, benar katamu Ular, masih banyak yang belum mengerti. Ku katakan pada kalian, bahwa aturan dalam pertandingan ini adalah…. Tanpa aturan! Jadi kalian bisa melakukan hal apapun . Semua tergantung kecerdasan kalian! Baik mulai hari ini, pertandingan akan dimulai.  Segera setelah kutiup terompet ini, bersegeralah mencari mahkota yang selama ini ku pakai, yang sudah aku letakkan si sebuah tempat di ujung selatan hutan ini. Bagi siapapun yang mendapatkannya, maka dia akan menjadi Ksatria Rimba!”

TEEETTTT.. TEEETTTT… TEEEHHTT

Suara terompet menggema di angkasa.

 ***

 

 

Sehari sebelumnya.

“Gak, kamu mo ikutan jadi Ksatria Rimba tidak?” Kerbau bertanya pada Gagak Hitam.

“Ehm, kayak tidak, aku harus  makan banyak agar bisa terbang ke sana kemari.  Sedang aku sedang  sakit perut.” Gagak Hitam menjawab.

“Aku mau ikut, kamu mau bantu aku ? Kalau mau, nanti aku kasih kamu biji bijian sekarung tiap hari.”

Gagak menggerak-gerakkan paruhnya tanda sedang berpikir.

“Boleh aku berpendapat?” 

 Sebuah suara terdengar dari ujung taman pertemuan. Kerbau dan Gagak Hitam menoleh dan mengangguk bersamaan pada Ular.

“Sebaiknya Kerbau jangan ikut,  karena menurut survey yang aku lakukan diam diam, banyak yang tidak suka denganmu, Kerbau. Kamu terlalu tambun dan sukanya srudak sruduk.  Jika kamu tetap maju, tentu banyak binatang lainnya yang menghalangi kamu.”

“Bagaimanapun juga, aku harus maju, karena Ksatria Rimba pertama adalah Kerbau juga!” Ada getar gusar di suara Kerbau.

“Bukan kerbau, tapi Banteng,”sahut Gagak Hitam.

“Ahh, sama saja.!” Kerbau agak marah.

“Kalau menurut survey sih, memang sebagian binatang sudah tahu, bahwa Ksatria Rimba memang banteng. Tapi masih lebih banyak yang bisa kita tipu, bahwa dirimu juga Banteng, padahal kamu tahu sendiri bahwa, meskipun kamu anak dari Banteng, kamu bukan banteng, tapi Kerbau.” Ular berkata panjang.

“Sudah, tidak perlu dibahas, sekarang yang penting, bagaimana Ksatria Rimba jatuh ke tanganku, atau paling tidak bisa aku pegang, meskipun bukan aku yang memakainya.”

“Aku punya ide, bagaimana kalau kita  pilih seekor binatang, yang belum begitu dikenal oleh rakyat Rimba. Dan secara diam diam, kita bujuk para binatang untuk ikut mendukungnya agar bisa menjadi Ksatria Rimba. Nah, kita harus milih binatang yang lemah, agar kalau sudah menjadi Ksatria Rimba, tidak malah membangkang kita.” Ular bertutur panjang.

“Betul kata Ular, Kerbau kamu coba cari siapa yang yang bisa kamu pilih mewakili dirimu.” Gagak Hitam menimpali.

Kerbau berpikir sejenak. Lalu diapun berteriak, "Aku dapat! Yah, kita pilih si Kodok saja!"

 

**

 

Kuda berlari meninggalkan para binatang lainnya. Dengan langkahnya yang lincah, ia dengan mudah meninggalkan lawan lawannya dalam pertandingan hari ini.  Hingga sampai di danau yang ada di tengah Rimba, Kuda dikejutkan oleh Kodok yang tiba tiba  menginjak kakinya.

“Hei Kuda, bisakah aku minta tolong? Antarkan aku menuju pinggir hutan sebelah selatan.”

“Kenapa aku harus menolongmu? Bukankah ini pertandingan?”

“Hoho.. jangan salah sangka, Kuda. Aku sudah di sini sejak kemaren. Aku tidak berminat ikut pertandingan Ksatria Hitam. Aku sudah  berjanji bahwa aku akan menjadi penjaga danau saja. Danau di sini sudah selesai. Tinggal danau sebelah selatan sana.”

Kuda menatap Kodok. Ada rasa tidak percaya. Tapi dilihatnya Kodok terlihat  memelas. Dan tampak mukanya tulus dalam ucapannya. 

“Baiklah Kodok, karena niatmu baik dan kamu sudah berjanji untuk menjaga danau dan juga tidak ikut pertandingan ini, aku akan antarkan engkau. Naiklah ke punggungku. Kita akan menuju hutan sebelah selatan.”

 Kodok segera meloncak ke punggung kuda. Dengan berpegang bulu di leher Kuda, Kodok menikmati perjalanan. Hampir dua jam Kuda berlari. Hingga akhirnya sampailah mereka di danau yang dituju. Dari jarak beberapa meter, tampak kilatan sesuatu di atas sebuah pohon di pinggir danau.

“Sepertinya itu mahkota Ksatria Rimba, Kodok.” Kata Kuda.

“Iya, mari kita dekati.”

Kuda perlahan mendekati pohon tersebut hingga sampai di bawahnya. Dan benar, sebuah mahkota berwarna keemasan tergeletak di dahan pohon.

“Kodok, sekarang turunlah ke danau yang katamu akan kau jaga, aku akan mengambil mahkota itu.”

Kuda hendak menurunkan  Kodok. Tapi tidak dinyana, tiba tiba kodok melompat naik, dan tepat di matanya, kaki Kodok menghentakan tubuh melompat dan menggapai mahkota. Kuda yang terkaget dan merasakan sakit di matanya, jatuh terduduk. Dengan matanya yang terasa sakit, Kuda  melihat Kodok meloncat kegirangan  di dahan pohon.

“Hei Kodok! Bukankah kau sudah berjanji menjaga danau ini dan tidak ikut pertandingan?”

“ Hahaha…  itu dulu. Sekarang yang jelas, aku sudah dapatkan mahkota Ksatria Rimba."

Kuda tidak bicara lagi. Matanya masih terasa sakit, dan tadi tidak sengaja jatuh menimpa rumput berduri. Dalam hati ia menyesal, mengapa ia tadi percaya dengan Kodok.

Tidak lama serombongan binatang sampai di tempat itu. Sebagian berteriak mengelu elukan Kodok. Kerbau, Gagak Hitam dan Ular tersenyum puas. Sementara burung burung elang mengelus dada. Mereka tahu apa yang terjadi. Kodok menang karena kelicikannya. Tapi bagaimanapun juga, Ksatria Rimba sudah  terpilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun