Masa tunggu calon jamaah haji Jawa Tengah mencapai 20 tahun. Daftar tunggu antrian haji di web Depag menunjukkan tahun 2035 bagi mereka yang mendaftar dengan melunasi setoran di awal tahun 2015 ini. Semoga mereka diberikan panjang umur hingga tiba di tahun jadwal keberangkatannya.
Ongkos Naik Haji ditetapkan oleh pemerintah, dalam USD. Seperti untuk tahun 2015 ini, ONH sebesar USD 2.717 yang bila dikurskan dalam rupiah 1 USD = Rp. 13.000an, ONH menjadi sekitar Rp. 36 juta.Â
Sedangkan setoran awal ONH agar terdaftar resmi sebagai calon jamaah haji di Departemen Agama, masuk daftar antrian alias mendapatkan nomor porsi, harus melunasi sebesar Rp. 30 juta. Setoran awal ini sebesar 83% dari biaya ONH.
Karena mendaftar di tahun 2015 ini masa tunggunya sudah mencapai 20 tahun, kira-kira berapa biaya ONH 20 tahun lagi ? Berapa kekurangan biaya ONH yang harus dilunasi dikurangi dengan Rp. 30 juta yang sudah disetor sekarang?
Sebagai gambaran, orang tua dulu naik haji tahun 1996 dengan biaya ONH Rp. 7 jutaan. Bila dikurs ke USD saat itu menjadi USD 3.120. Itu 19 tahun lalu, bila dibandingkan ONH tahun 2015 ini sebesar Rp. 36 juta/USD 2.717, meningkat 5 kali lipat dalam rupiah.Â
Di tahun 1996 itu, harga 1 kg beras Rp. 1.000,- (2015 ini harga 1 kg beras Rp. 10.000an, naik 10x lipat), dan harga emas 1 gram Rp. 25.000,- (2015 ini 1 gram emas Rp. 500.000an, naik 20x lipat).
Anggap saja ONH 20 tahun yang akan datang menjadi minimal 5 kali lipat ONH tahun 2015 ini, maka besarannya sekitar 5 x 36 juta = Rp. 180 juta. Nilai setoran awal Rp. 30 juta menjadi hanya 16% dari ONH saat berangkat nanti. Calon jamaah haji harus menambahi Rp. 150 juta untuk melunasi.Â
Setoran awal 30 juta saja hasil peras keringat banting tulang atau ngutang. Tiba waktunya berangkat, tak mampu melunasi 150 juta berarti gagal berangkat. Protes percuma, malahan bisa ditertawai, mau naik haji kok protes-protes.
Orang Indonesia kalau mau naik haji, harus melalui penyelenggara resmi, pemerintah. Sudah begitu aturannya  di Indonesia, harus terima tidak boleh protes. Mau beribadah mengunjungi rumah Allah kok rewel banyak protes, seolah tidak ikhlas, hehehe....Â
Masalah tidak ikhlasnya ibadah biar menjadi urusan yang berangkat ibadah haji dengan Allah SWT. Tapi dimana keadilan diletakkan oleh penyelenggara haji (pemerintah), ketika setoran awal ONH dalam rupiah, lalu ONH saat berangkat nanti dalam USD, dengan lama antrian 10 tahun lebih ?
Seharusnya bila pemerintah menetapkan besaran biaya ONH dalam USD, maka setoran awal ONH Rp. 30 juta yang akan mengeram 20 tahun di rekening Menteri Agama RI juga dikonversi dulu ke dalam USD. Sehingga meskipun USD sebenarnya juga mengalami inflasi, uang setoran awal ONH tidak menguap nilainya dimakan inflasi secepat rupiah.
Di atas dicontohkan ONH tahun 1996 sekitar USD 3.120 dan ONH tahun 2015 ini USD 2.717. Kok turun besarannya dalam USD ? Itu karena di masa presiden Jokowi ini, pemerintah dan DPR berhasil menurunkan biaya ONH sebesar USD 500.Â
Jadi selama dulu, kita semua sudah tahu sama tahu ONH dimark up dan jadi ladang bancakan korupsi di Departemen Agama. Semoga di tahun-tahun mendatang ONH akan semakin turun. Bila ONH 2015 tidak diturunkan, nilainya di sekitar USD 3.217, naik 100an USD dalam 19 tahun.
Dari contoh perbandingan ONH tahun 1996 dengan ONH tahun 2015 tersebut, tampak jelas bahwa biaya ONH dalam USD stabil, sedangkan dalam rupiah naik 5x lipat. Celakanya setoran calon jamaah haji disimpan dalam rupiah. Celaka yang diulang-ulang terus sekian puluh tahun. Apa pemerintah tidak sadar telah berbuat celaka kepada rakyat muslim Indonesia selama ini?
Pemerintah, apakah itu Menteri Agama atau Presiden, harus menetapkan setoran awal ONH para calon jamaah haji langsung dikonversi ke dalam USD sebelum dimasukkan ke dalam rekening Menteri Agama. Atau kalau tidak mau disimpan dalam mata uang asing yang dianggap berbau dajjal maupun zionis, dibelikan emas saja, deposit emas batangan calon jamaah haji di rekening Menteri Agama.
Bila dibelikan emas, yang dalam 20 tahun nilainya meningkat 20 kali lipat, maka saat tiba waktunya naik haji, malah setoran awal menjadi berlebih untuk melunasi ONH yang kira-kira naik hanya 5-6x lipat, wekekek..... Â Atau bila kenaikan nilai emas dalam dua dekade kemaren dianggap tidak wajar, pakai saja hitung harga beras, yang seiring inflasi, menjadi 10x lipat.
Dana setoran awal ONH yang kemaren calon jamaah hajinya baru menunggu 5-10 tahun saja, sudah mencapai 80 triliun rupiah di rekening Menteri Agama. Uang nganggur tanpa diberi bunga, betapa gurihnya, membuat ngiler para pengusaha yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha.Â
Tidak heran bila uang ndongkrok tersebut dipinjam-pinjamkan dengan imbalan fee atau didepositokan oleh oknum-oknum pejabat Depag, lumrah di Indonesia kita. Dengan bunga minimalis pun, semisal 6%, tetap wah hasilnya, 4,8 triliun rupiah.
Logika orang awam yang biasa ngutang ke bank dikenai bunga 20% per tahun, uang yang nongkrong 10 tahun, bila ditaruh di bank atau diputarkan untuk usaha, dengan hasil 10% per tahun, akan bertambah secara akumulasi bunga berbunga bulanan menjadi 313%, alias 3x lipat dalam 10 tahun. Berarti bila antri haji menunggu 10 tahun, setoran awal telah tumbuh bertambah 3x. Bisa jadi sebenarnya saat berangkat haji nanti, tidak perlu melunasi.
Bahkan para calon jamaah haji berikutnya, tidak perlu menyetor dana sama sekali Cukup menggunakan hasil perputaran dana jamaah-jamaah haji sejak 10 tahun sebelumnya. Bisa-bisa naik haji di Indonesia gratis!!!Â
Itulah sebabnya di Pilpres kemaren ada beberapa tokoh yang dalam kampanyenya, salah satu programnya adalah membuat bank tabungan haji. Bisa memberangkatkan haji gratis !!! Tukang bubur, tukang sapu, pemulung, semua bisa naik haji, tak perlu menunggu menabung 32 tahun seperti dikisahkan dalam berbagai media.
Uang untuk biaya haji yang sudah disiapkan para calon jamaah haji di tahun-tahun mendatang, bisa disedekahkan kepada fakir miskin di Indonesia yang masih puluhan juta orang. Atau serahkan untuk dikelola BazNas. Atau dimasukkan kas negara untuk menambal APBN, untuk membangun negara. 10 triliun rupiah setahun silahkan dikelola. Betapa melimpahnya.
Ada calon jamaah haji Jawa Tengah yang mendaftar di tahun 2009, dijadwalkan berangkat haji tahun 2014. Tetangganya yang kaget mendengar lamanya dia mengantri haji, semakin kaget membaca berita saat itu di pertengahan tahun 2013, antrian haji sudah mencapai 10 tahun.
Karena takut bila menabung dulu nanti saat uang terkumpul malah semakin lama mengantri haji, maka dia memaksakan diri mengorek semua rupiah yang ada dan berhasil terkumpul sebesar setoran awal saat itu, 25 juta rupiah. Dan saat dia mendaftar itu, di akhir tahun 2013, antrian sudah menjadi 11 tahun, nanti berangkat kira-kira tahun 2024.Â
Ketika tahun 2015 ini mengecek kembali masa tunggu keberangkatannya, sudah molor menjadi tahun 2029. Mungkin karena di Masjidil Haram dalam 3-4 tahun ini sedang ada renovasi, sehingga kuota haji tiap negara dikurangi. Termasuk kuota jamaah haji Indonesia dikurangi 20% dari 211 ribuan menjadi 165 ribuan.Â
Tapi tetap saja antrian haji sudah mencapai 10 tahun sebelum ada renovasi. Meski nanti setelah selesai renovasi Masjidil Haram kuota haji kembali normal atau bahkan akan ditambah, sulit bisa memangkas antrian haji di Indonesia menjadi di bawah 10 tahun.
Terserah kalau antrian naik haji mau menjadi 30 tahun, 50 tahun, 100 tahun, apa daya rakyat muslim Indonesia. Tapi ya itu, Pak Meteri, Pak Presiden, mbok yaaoo...., setoran awal ONH yang rupiah itu dikonversi saja menjadi USD atau Euro atau Real atau dibelikan emas batangan hasil tambang Freeport.
Biar 10 - 20 tahun lagi saat akan berangkat, uang setoran awal itu masih berarti jumlahnya dibandingkan ONH yang harus dilunasi.
Ya Pak Menteri, ya Pak Presiden .......
Dan mohon diatur lah.... agar antrian haji jangan sampai jadi makin lama. Mosok nanti mengantri naik haji 50 tahun ? Apa kata dunia? Bayi lahir jebrol, langsung didaftarkan haji? Dana haji ndongkrok di rekening Depag bisa mencapai limaratus triliun rupiah, wekekekekekek.........
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI