Mohon tunggu...
Lalu KenRaievan
Lalu KenRaievan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Beropinilah dengan bebas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan

8 November 2022   18:53 Diperbarui: 8 November 2022   19:06 7589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PEMBAHASAN

Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan

Sebagai paham Islam yang berkemajuan Muhammadiyah harus memiliki keberanian mengambil keputusan terkait persoalan perempuan. Wajah Islam puritan Muhammadiyah tetaplah yang moderat, mengikuti perkembangan zaman dan kultural. Untuk ini diperlukan landasan, wawasan dan perangkat yang memadai sehingga keputusan yang diambil tidak asal berani, tetapi sangat argumentatif dan komprehensif (Subair, 2020).

Organisasi ‘Aisyiyah adalah suatu organisasi otonom Muhammadiyah yang didirikan bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan diketuai oleh Sitti Bariyah. Nama ‘Aisyiyah oleh KH. Fahruddin dan diambil agar perjuangan seperti ‘Aisyah istri Rasulullah. Nasiatul ‘Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan keputrian, dan bergerak di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang berdirinya diawali dengan pembentukan SP (Siswa Praja) dari ide-ide Somodirjo.

‘Aisyiyah dalam perannya untuk pemberdayaan perempuan dan masyarakat, dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dalam bidang pendidikan, ‘Aisyiyah mendirikan PAUD (Kelompok Bermain dan Taman Kenak-Kanak). Program Keluarga Sakinah juga memberi pengetahuan tentang adab berpakaian muslimah dalam Islam. Dalam bidang kesehatan, ‘Aisyiyah mendirikan RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak). Dalam bidang ekonomi, ‘Aisyiyah membuat suatu program home industry dan lain-lain. Peran Nasiyatul ‘Aisyiyah adalah membekali para remaja putrid pengetahuan dan keterampilan.

Selain itu, ‘Aisiyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan muda Muhammadiyah (AMM) putri secara integrative dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar menuju masyarakat madani.

Terkait dengan kesetaraan gender dalam perspektif Muhammadiyah, dinyatakan bahwa wanita setara dengan laki-laki . Ini sesuai dengan perlakuan  KH. Ahmad Dahlan yang sangat memperhatikan perempuan untuk dijadikan penerus perjuangan Islam, dan juga menyuruh para wanita untuk bersekolah di sekolah-sekolah milik Belanda (IBTimes, 2020).

Berdirinya ‘Aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi muhammadiyah. Sejak berdirinya Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan kaum wanita. Kaum wanita yang berpotensial untuk berorganisasi dan memperjuangkan Islam akhirnya dididik oleh KH. Ahmad Dahlan. Diantara anak-anak perempuan yang dididik oleh KH. Ahmad Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putrid KH. Ahmad Dahlan sendiri), siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber. Dengan diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama “Sopo Treno”.

Pengajian Sopo Tresno belum merupakan suatu nama organisasi, tetapi hanya sebuah perkumpulan pengajian biasa, untuk member suatu nama yang kongkrit pada suatu perkumpulan. Lalu, berapa tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Mukhtar, KH. Fahruddin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah yang lain mengadakan pertemuan di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Waktu itu, diusulkan nama Fatimah, namun tidak disetujui. KH. Fahruddin mencetuskan nama ‘Aisyiyah yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan Aisyah, istri Muhammad Saw, yang selalu membantu berdakwah .

Peresmian ‘Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan ‘Aisyiyah diketuai kali pertama oleh Siti Bariyah. Peringatan Isra’ Mi’raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedangkan untuk bimbingan jiwa keagamaannya diberikan langsung oleh KH. Ahmad Dahlan.

Setelah organisasnyai terbentuk, KH.Ahmad Dahlan memberikan pesan untuk para pengurus yang memperjuangkan Islam. Pesan itu berbunyi: 1) Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela. 2) Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu. 3) Jangan mengadakan alas an yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghidari suatu tugas yang diserahkan. 4) Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam. 5) Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun