Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Money

Pemerintah Percaya Diri Menghadapi Perang Dagang

9 Juli 2018   22:33 Diperbarui: 9 Juli 2018   22:33 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita lihat asumsi dalam APBN, US $ dipatok Rp. 13.400 sedangakan rupiah mengalami depresiasi pada hari ini sebesar 963 basis point yang akan mempengaruhi besaran fiskal luar negeri. 

Jika tidak ada peningkatan pendapat negara dari sektor pajak misalnya, maka akan terjadi defisit APBN. Dalam system anggaran berimbang, jika terjadi defisit anggaran dan tidak ditutup maka ada anggaran yang tidak terealisasi atau terjadi gagal bayar.

Ada pihak yang menilai bahwa saat ini Indonesia memiliki nilai tawar yang tinggi karena menjadi anggota dewan keamanan tidak tetap PBB, namun yang dihadapi saat ini adalah pelemahan nilai tukar mata uang yang berpengaruh pada APBN dan ekonomi Indonesia umumnya. 

Seperti apa yang disampaikan oleh Suharto menjelang kejatuhannya menjawab prediksi Gorge Soros, bahwa fondasi ekonomi Indonesia sangat kokoh. Namun faktanya ekonomi Indonesia ambruk dan harus bertekuk lutut kepada IMF.

Salah satu penyebab ambruknya ekonomi Indonesia diindikasikan karena faktor korupsi. Bank dunia memperkirakan 30 % pinjaman yang diberikan kepada Indonesia telah dikorupsi. Tingginya tingkat korupsi tersebut akan mempengaruhi data untuk menganalisa kondisi ekonomi, sampai kepada pimpinan akan tersaji yang bagus bagus ditambah lagi budaya asal bapak senang. 

Belakangan ini KPK gencar melakukan OTT terhadap kepala daerah, terakhir KPK menangkap Gubernur Aceh dan seorang Bupati, mestinya ini dapat menjadi sinyal ada ketidak beresan dalam penyajian data untuk melakukan kajian dalam mengambil langkah menghadapi depresiasi nilai tukar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun