Mohon tunggu...
Kembara Bumi
Kembara Bumi Mohon Tunggu... -

Kerena ilmu yang masih dangkal mencoba terus belajar, menulis, blogging dan sedang berupaya selalu memperbaiki diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkawan dengan Bencana

12 November 2010   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musibah beruntun tengah di melanda negeri kita tercinta ini, Indonesia. Sebuah negeri yang katanya Jambrud di Khatulistiwa ternyata mempunyai potensi bencana yang cukup banyak. Tengoklah mulai dari bencana gempa yang kerap terjadi di negeri ini hingga letusan gunung berapi. Belum lagi bencana yang diakibatkan dari ulah manusia seperti banjir dan longsor bahkan Lumpur. Belum kering air mata akibat bancana banjir tanah longsor di Wasior Papua, gempa yang didiringi tsunami menerjang Kepulauan Mentawai dan yang terakhir yang hingga saat ini masih berlangsung yaitu Letusan gunung merapi yang entah sampai kapan akan berhenti walupun intensitasnya sudah menurun, letusan sudah berkurang, erupsi awan panas juga berkurang, tapi status masih awas karena energinya masih banyak.

Namun dari semua bencana yang terjadi itu, tidak cukup kita hanya melontarkan pertanyaan mengapa? Atau hanya sekedar menyalahkan alam itu sendiri. Tidak bisa seperti itu!! Ini tanah kita, tempat hidup kita.

Seharusnya kita berfikir semakin matang dan arif menyikapi bencana yang akhir-akhir ini sering melanda negeri kita. Kita tidak pernah tahu kapan bencana datang namun yang jelas kita berada dan hidup di negeri yang memang menyimpan potensi bencana yang banyak. Seperti yang kita ketahui dibanyak buku pelajaran geologi bahwa Negara kita adalah Negara kepulauan yang terletak di kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan patahan kerak bumi dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa.

Posisi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng bumi yang besar yaitu Eurasia, Samudra Pasifik, dan Indo-Australia membuat perairan laut di sekitar kita sering mengalami gempa bumi belum lagi termasuk dalam Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.

Berdasarkan hal itu maka tentu saja otomatis Negara kita adalah Negara yang memang rawan bencana gempa baik berupa gempa tektonik maupun vulkanik. Maka dari itu kita sepatutnya harus sudah mengerti akan kondisi alam kita bahwa bencana semacam itu tentu akan kerap terjadi dan harus selalu siap kita hadapi. Mau tak mau pada akhirnya kita harus berteman dengan bencana itu sendiri, berusaha hidup berdampingan dengan bencana.

Seperti layaknya sebuah pertemanan, kita manusia yang lebih banyak di beri akal untuk berpikir, harus dapat memahami karakteristik alam tempat tinggal kita. Kita tahu alam telah memberi begitu banyak kekayaan untuk kita. Tanah bekas abu vulkanik menjadi tanah subur. Namun harus tahu juga bahwa dibalik kebaikannya, alam kita mempunyai karakter keras dengan berbagai bencana yang bisa ditimbulkannya.

Lalu harus seperti apa sikap kita?

Ilmu Pengetahuanlah jawabannya..

Seharusnya dari berbagai bencana yang telah menimpa kita, masyarakat harusnya lebih tahu dan mau belajar dari setiap bencana yang datang tentunya untuk menghindarkan kita dari banyaknya korban jiwa yang mati sia-sia karena bencana. Dukungan pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan bukan hanya untuk evakusai atau sekedar bantuan makanan saja namun yang lebih penting adalah segera dibangunnya pusat-pusat informasi yang lebih dekat ke daerah masyarakat rawan bencana dan membeikan penyuluhan bagi masyarakat desa yang sebagian besar belum mengerti tentang cara menangulangi atau menyiasati bencana agar tidak memakan banyak korban. Teknologi sebagi system peringatan dini bila akan terjadi bencana seperti letusan gunung , Gempa dan Tsunami harus semakin dikembangkan.

Belajar dari Jepang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun