Mohon tunggu...
KEMAL ARKAN IMRON
KEMAL ARKAN IMRON Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercubuana

Nama : Kemal Arkan Imron, NIM :41521010030, Program Studi : Teknik Informatika, Fakultas : Ilmu Komputer, Dosen Pengampu : Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik. Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panopticon Jeremy Bentham & Kejahatan Struktural Giddens Athony

31 Mei 2023   22:34 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:34 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi | Quote Anthony Giddens

Salah satu kekuatan utama Panoptikon adalah kemampuannya untuk menciptakan perasaan konstan bahwa individu selalu sedang diamati, meskipun pengamat mungkin tidak terlihat atau hadir secara fisik. Desain Panoptikon terdiri dari sebuah menara pengawas di tengah, yang dikelilingi oleh sel-sel yang menghadap ke menara tersebut. Setiap sel memiliki jendela di belakangnya, memungkinkan cahaya memasuki sel dan memungkinkan pengawas di menara melihat ke dalam setiap sel. Namun, penghuni sel tidak dapat melihat apakah mereka sedang diamati atau tidak.

Konsekuensi dari desain ini adalah individu yang berada di dalam sel akan mengembangkan rasa takut dan kekhawatiran akan pengawasan yang tak terlihat. Mereka menyadari bahwa pada setiap saat mereka bisa menjadi objek pengawasan dan evaluasi, bahkan jika pengawas tidak hadir secara fisik. Hal ini menciptakan perasaan konstan bahwa mereka selalu sedang diamati dan potensi hukuman atau kritik selalu ada. Sebagai hasilnya, individu cenderung menginternalisasi norma-norma dan peraturan yang ada dalam masyarakat, dan secara otomatis mengatur perilaku mereka sesuai dengan apa yang dianggap "benar" atau diharapkan oleh pengawas.

Perasaan takut dan kekhawatiran yang dihasilkan oleh kehadiran panoptikon dapat memiliki efek yang kuat dalam mempengaruhi perilaku individu. Ketika individu merasa bahwa mereka selalu sedang diamati, mereka cenderung berperilaku dengan cara yang dianggap lebih disiplin dan patuh terhadap norma dan peraturan yang ada. Mereka menghindari tindakan yang dianggap melanggar atau tidak pantas, karena mereka tidak ingin terkena hukuman atau kritik. Dalam hal ini, pengawasan yang tak terlihat dalam Panoptikon berperan sebagai bentuk kontrol sosial yang sangat efektif.

Dalam konteks kejahatan dan keadilan, konsep Panoptikon dapat menjelaskan mengapa beberapa bentuk kejahatan terjadi dan mengapa individu cenderung mematuhi hukum. Dalam masyarakat yang didasarkan pada Panoptikon, individu secara internal membatasi perilaku mereka untuk menghindari pengawasan dan hukuman. Mereka menghindari melakukan kejahatan

 karena takut akan konsekuensinya. Ini berarti bahwa bentuk pengendalian sosial seperti pengawasan, penghukuman, dan kritik yang tidak langsung dapat sangat efektif dalam mencegah kejahatan dan mempertahankan ketertiban sosial.

Namun, penting untuk mempertimbangkan juga bahwa Panoptikon memiliki kelemahan dan batasan dalam pengendalian dan disiplin. Meskipun individu dapat menginternalisasi norma dan perilaku yang diharapkan, ada kemungkinan terjadinya pemberontakan atau resistensi terhadap pengawasan dan kontrol. Individu dapat mengembangkan strategi dan taktik untuk menghindari atau mengecoh pengawasan, atau bahkan mengambil risiko melakukan kejahatan meskipun ada kemungkinan tertangkap. Selain itu, ketidaksetaraan struktural dan keadilan sosial juga dapat mempengaruhi efektivitas Panoptikon. Bagi mereka yang merasa bahwa norma dan peraturan tidak adil, mereka mungkin cenderung melanggar aturan dan tidak mengindahkan pengawasan.

Dalam kesimpulannya, kekuatan Panoptikon terletak pada kemampuannya untuk menciptakan perasaan konstan bahwa individu selalu sedang diamati, dan hal ini dapat mempengaruhi perilaku individu dan memaksa mereka untuk mematuhi norma dan peraturan yang ada. Konsep Panoptikon memberikan pemahaman yang berguna tentang bagaimana kekuasaan dan pengendalian dapat dilaksanakan dalam masyarakat modern. Meskipun Panoptikon memiliki kelemahan dan batasan, konsep ini tetap relevan dalam analisis terhadap kejahatan struktural dan pengendalian sosial.

Bagaimana Konsep panopticon diterapkan sekarang?

Meskipun konsep panopticon pertama kali dikembangkan untuk penjara, ide pengawasan tak terlihat ini telah diterapkan dalam berbagai konteks dan situasi. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus atau cara kerja panopticon yang dapat ditemui di masyarakat:

  • Penjara modern: Panopticon masih digunakan dalam desain penjara modern. Bangunan penjara dirancang agar para penjaga dapat memantau tahanan dari pos pengawasan sentral. Dengan penempatan yang tepat dan penggunaan kamera pengawas, penghuni penjara tetap merasa terawasi sepanjang waktu.
  • Pusat perbelanjaan: Beberapa pusat perbelanjaan menggunakan prinsip panopticon untuk meningkatkan keamanan. Kamera pengawas dipasang di berbagai lokasi dan ditampilkan secara terbuka untuk menciptakan kesan bahwa pengawasan dilakukan secara terus-menerus. Hal ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kejahatan dan pencurian.
  • Sekolah: Beberapa sekolah menerapkan sistem pengawasan yang mirip dengan panopticon untuk mengendalikan perilaku siswa. Penggunaan kamera pengawas di koridor, ruang kelas, dan area umum dapat mempengaruhi perilaku siswa dengan menciptakan kesadaran akan kemungkinan pengawasan.
  • Tempat kerja: Beberapa perusahaan menggunakan teknologi pengawasan seperti kamera CCTV untuk memantau karyawan mereka. Karyawan menyadari bahwa tindakan mereka terus dipantau, yang dapat mempengaruhi produktivitas dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur perusahaan.
  • Pemantauan internet: Di era digital ini, pemerintah dan perusahaan teknologi dapat mengumpulkan data pengguna dan mengawasi aktivitas online melalui algoritma dan analisis data. Meskipun pengawasan semacam itu tidak melibatkan kehadiran fisik, kesadaran akan kemungkinan pengawasan ini dapat mempengaruhi perilaku pengguna internet.
  • Transportasi publik: Sistem transportasi publik, seperti kereta bawah tanah dan bus, sering dilengkapi dengan kamera pengawas. Hal ini tidak hanya meningkatkan keamanan, tetapi juga menciptakan kesadaran akan kemungkinan pengawasan, yang dapat mendorong perilaku yang dianggap lebih patuh dan bertanggung jawab.
  • Ruang kerja bersama (coworking space): Di ruang kerja bersama, penggunaan desain terbuka dan kamera pengawas dapat memberikan kesan pengawasan yang terus-menerus. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dan disiplin kerja di antara anggota ruang kerja bersama tersebut.
  • Media sosial: Platform media sosial memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dan melacak aktivitas pengguna. Meskipun pengawasan ini dilakukan secara virtual, kesadaran akan kemungkinan pengawasan dapat mempengaruhi perilaku pengguna dan mendorong mereka untuk mematuhi kebijakan dan norma yang berlaku di platform tersebut.
  • Perpustakaan: Beberapa perpustakaan menggunakan kamera pengawas untuk memantau aktivitas pengunjung dan mencegah pencurian atau kerusakan. Pengawasan ini menciptakan kesadaran akan kemungkinan pengawasan dan dapat memengaruhi perilaku pengunjung.
  • Pengawasan terhadap karyawan: Dalam beberapa situasi, pengawasan terhadap karyawan dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak pemantauan, seperti pemantauan waktu dan penggunaan komputer. Karyawan menyadari bahwa aktivitas mereka sedang dipantau dan ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kepatuhan.

Semua contoh di atas menunjukkan bagaimana prinsip panopticon dan pengawasan yang tak terlihat dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan situasi. Meskipun terdapat kekhawatiran tentang privasi dan kebebasan individual, penggunaan panopticon secara efektif dapat menciptakan lingkungan yang lebih teratur dan patuh terhadap aturan dan norma yang ada.

 Pendapat dan kritik panoptiocon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun