Mohon tunggu...
kelvin ramadhan
kelvin ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Sleepy man

Kaum burjois jogja | Bertekad minimal sekali sebulan menulis di sini | Low-battery human| Email : Kelvinramadhan1712@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi "Asal Forward, Baca Belakangan" Para Tetua Keluarga di Grup WhatsApp

23 Februari 2020   18:58 Diperbarui: 24 Februari 2020   00:11 3588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besarnya volume pesan-pesan bodong di WA diperkuat oleh temuan dari lembaga penelitian ComScore yang menyatakan bahwa pengguna WA di Indonesia saat ini mencapai 35,8 juta, menempati peringkat pertama sebagai aplikasi mobile yang paling banyak diakses oleh pengguna internet di Indonesia.

Sayangnya, tingkat pengguna WA yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat literasi media (cetak dan digital) yang tinggi juga.

Berdasarkan data dari internet Inclusive Index 2019, literasi media di Indonesia hanya menempati peringkat 63 dari 100 negara yang disurvei. 

Menurut Baran dan Dennis (2010), literasi media adalah suatu rangkaian kegiatan melek media dirancang untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim dan menerima pesan.

Dalam hal ini, literasi media dianggap sebagai suatu keterampilan yang ada dan berkembang di dalam diri untuk setiap saat meneliti dan mengevaluasi rangkaian informasi yang didapatkan dari media, terutama media digital. 

Dengan kemampuan literasi media yang baik maka seseorang dapat memahami dan menjadi kritis terhadap maksud tertentu yang disampaikan oleh media.

Dengan begitu, hal ini mengantisipasi serta meredam adanya efek negatif yang disebabkan oleh sebuah pemberitaan (Ilahi, 2014). 

Saya menilai sebagian para tetua di grup keluarga, terutama di grup keluarga besar saya sendiri, memiliki kecakapan literasi media berjenis cetak yang masih bisa diharapkan ditandai dengan budaya membaca koran dan majalah di pagi hari oleh bapak atau kakek kita.

Namun, hal itu menurut saya sama sekali tidak hadir dalam kemampuan literasi mereka di dunia digital. 

Salah satu alasannya adalah faktor hujan informasi yang kerap kali hadir di ranah media digital. Karena latah dalam berselancar di dunia daring, maka sudah menjadi kebiasaan para tetua untuk membagikan hal yang mereka dapat, terutama di grup WA keluarga.

Mungkin bisa saja, maksudnya para tetua di grup keluarga besar saya sangat baik dengan menyampaikan informasi supaya anak-cucunya juga menjadi bertambah cerdas dengan mengetahui hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun