Dalam Bumi Manusia, sedikit yang sadar bahwa Nyi Ontosoroh merupakan salah satu bentuk perlawanan. Karakter ini sengaja di-“hiding the gun“-kan oleh si Pram. Ontosoroh merupakan karakter pribumi, sebuah semangat, sebuah ideologi.. yang tentu saja berhadapan dengan paham kolonial alias imperialisme.
Teknik “hiding the gun” adalah sesuatu yang Anda kenalkan di permulaan, kemudian dilupakan, kemudian Anda kemukakan lagi untuk berfungsi sebagai resolusi pada plot. By the way, Diskusi teknik ini sepertinya agak membosankan ya? Haha!
Cobalah. Membaca atau menulislah sekarang.
Pakai teknik ini. Bisa sebuah pertanyaan besar di awal cerita. Lantas, di akhir cerita, Anda menjawabnya. Entah itu menggunakan adegan, sebuah teori, atau Anda biarkan mengambang tanpa terjawab. Setidaknya, Anda mengingatkan sekali lagi ke pembaca tentang pertanyaan besar yang Anda sampaikan.
Memori yang Anda tanamkan ke pembaca bisa juga sebuah proses. Misalnya, kehamilan. Kita tahu, batas waktu orang hamil sembilan bulan, bukan? Ini bisa menjadi salah satu “hiding the gun” dan membatasi cerita atau menjadi resolusi plot Anda. Di akhir cerita, bayi tersebut ternyata meninggal, misalnya.
Atau, bisa juga hitungan mundur. Ingat cerita Around the World in Eighty Days? Nah!
Di samping sebagai resolusi plot, teknik “hiding the gun” juga berfungsi membatasi cerita Anda. Membatasi panjang cerita, sebelum pembaca bosan dan kehabisan energi. Anda bisa bermain-main dengan kesabaran pembaca melalui teknik ini.
Kalaupun tak berpikir teknik ini terlalu membosankan, barangkali ada di antara kita yang berpikir teknik ini terlalu mudah? No, no! Teknik ini memang kelihatannya sepele. Tapi, penting!
Ada kalanya, seorang penulis bingung mau menulis cerita bermula dari peristiwa apa. Bingung dia, mau menulis apa. Adegannya gimana? Blank. Atau, ada yang bingung karena menulis cerita namun tak ada ending-nya?
Ha! Pakailah teknik ini.
Teknik ini bisa Anda gunakan sebagai permulaan. Bisa kita pakai untuk mengawali peristiwa di dalam cerita. Karena apa?