Persoalan utamanya, kita membenci “aku”. Solusinya? Gunakan suara orang pertama saat bercerita, tetapi sembunyikan “aku”.
Untuk merasakan apakah tulisan Anda terlalu selfish atau tidak, terlalu membosankan atau tidak, dsb. bacalah karya Anda seperti monolog. Suarakan keras-keras. Kalau perlu, Anda juga mencobanya membaca seperti seorang aktor memainkan peran.
Secara teknik, bisa saja pasangkan partikel -ku pada sebuah kata. Ini akan meminimalisir penggunaan kata “aku”. Atau, segera berpindahlah ke bahasa retorikal orang kedua atau ketiga.
Catatan:
Tentu saja, tidak semua orang (atau Anda) setuju dengan pendapat saya alias artikel ini. Prinsipnya begini: saya menyarankan Anda menulis sebebas-bebasnya. Artikel ini hanyalah teknik ketrampilan.
Anda boleh tidak setuju dan melupakan artikel ini. Jika ada yang mau mencoba, silakan. Jika tak setuju, silakan. Kita belajar bareng. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H