Kita ambil analoginya seperti pesan yang masuk. Pasti, ada pemberitahuan masuk ke dalam handphone (baca: hape). Otak juga punya cara kerja yang sama. Dalam kondisi apapun kita menyadari apa kemungkinan yang akan terjadi. Saat ada temen yang berduka cita kita ikut sedih karena kita juga ikut merasa kehilangan. Ada yang biasa saja karena ga memiliki hubungan yang dekat dengan yang berduka. Ketika akan “jatuh” dalam emosi itu. “Kesadaran” dalam otak harus “hidup”. Ga boleh terbawa suasana.
Logika sederhana yang sering membawa orang hanyut dalam sedih dan marah adalah kegagalan atau kesedihan yang sedang mereka alami “seperti” dianggap akhir dari dunia. Padahal masih ada hari esok untuk memulai dengan lembar yang baru.
“Kesedihan hari ini cukuplah untuk hari saja”
Kesadaran itu yang harus tumbuh. Sayangnya proses untuk menumbuhkan itulah yang menjadi bagian terberat. Karena saat “itu” sudah tumbuh maka jalan kedepan tinggal gas pol rem pol.
Semoga berguna
Senang berbagi dengan kalian.
Banyak yang senang film horor
Tapi takut sama adegan setannya
Amarah manusia seperti obor
Kita harus bisa mengontrolnya
Banyumanik, Semarang
10:00 WIB, 27 Januari 2016
Tulisan Kita
Kalau ada pertanyaan atau hal-hal yang mau didiskusikan silahkan memberikan komentar dibawah.
Terimakasih
Tentang Kita
Twitter : keKITAan_
Facebook : Tentang Kita
Instagram : kekitaan_
Youtube : Kita/
Website : kekitaan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H