Mohon tunggu...
keisyahumaira
keisyahumaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa D3 Keperawatan Institut Kesehatan Hermina

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Pola Makan yang Tidak Teratur di Kalangan Remaja

21 November 2024   23:30 Diperbarui: 21 November 2024   23:56 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Keisya Humaira Sausan

 NIM : 24051025

 Prodi : D3 Keperawatan   

Institut Kesehatan Hermina

BAHAYA POLA MAKAN YANG TIDAK TERATUR DI KALANGAN REMAJA

 Bahaya Pola Makan yang Tidak Teratur di Kalangan Remaja" dipilih karena mencerminkan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kelompok remaja. Pada usia remaja, pola makan yang tidak teratur bisa menjadi kebiasaan yang membahayakan kesehatan jangka panjang, seperti obesitas, gangguan makan, kekurangan gizi, atau peningkatan risiko penyakit kronis di masa depan. 

Remaja sering kali menghadapi berbagai tekanan sosial, emosional, dan akademik yang dapat memengaruhi kebiasaan makan mereka, seperti konsumsi makanan cepat saji, makanan olahan, atau pola makan yang tidak seimbang. Pola makan yang buruk ini dapat memengaruhi perkembangan fisik dan mental mereka, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.

 Judul ini relevan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pola makan yang sehat dan teratur pada masa remaja, serta menggambarkan bagaimana pola makan yang tidak teratur dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka. Keperawatan atau pendidikan kesehatan memiliki peran dalam memberikan informasi dan dukungan untuk membantu remaja mengembangkan kebiasaan makan yang lebih baik.

 Berdasarkan hasil penelusuran di Google Scholardengan kata kunci (keyword) yang telah disusun. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 6 jurnal yang kemudian  jurnal  tersebut  di  analisis.  

Dari  6  jurnal  yang  di reviewdidapatkan  hasil   bahwa adanya  faktor  pola  makan  buruk  yang  tidak  teratur,  konsumsi  kopi  secara   berlebih,  dan mengikuti   pola   diet   yang   salah   merupakan   faktor   yang   bisa   menyebabkan   terjadinya Gastroesophageal Relux Disease (GERD) 

Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  didapatkan  bahwa  terdapat  pengaruh  pola  makan remaja sebagai faktor risiko penyakit GERD. Pola makan yang tidak baik pada remaja seperti asupan pola makan yang salah, jam tidur yang tidak baik, tidak teratur dan tidak seimbangnya kecukupan  sumber  gizi  yang  dibutuhkan  tubuh  diantaranya  adalah  asupan  energi,   asupan protein,  asupan  serat,  asupan  karbohidrat,  dan  asupan  lemak.  Remaja  sebagai   salah  satu golongan yang produktif dan enerjik, memiliki energi yang baik dalam menjalankan rutinitas dan  aktifitas  sehari-hari. 

 Terkadang  terlalu  fokus  pada  pengerjaan   aktivitas  seperti  sekolah maupun  mengerjakan  tugas  kadangkala  jadi  mengesampingkan  dan  kurang   memperhatikan pola asupan makanan(Ikhsan,2021). GERD adalah kondisi di mana isi lambung naik kembali ke esofagus dan bahkan dapat mencapai  rongga  mulut,  menyebabkan  gejala  klinis  seperti  nyeri  dada,  sensasi  terbakar (heartburn), dan iritasi pada saluran pernapasan. 

 Tingkat keparahan GERD dipengaruhi oleh durasi  paparan   esofagus  dan  organ  lain  terhadap  asam  lambung,  terutama  Hidrogen  Klorida (HCL).Beberapa faktor risiko yang diketahui menyebabkan GERD antara lain:*Pola  Makan:   Konsumsi  makanan  tinggi  lemak,  pedas,  dan  asam,  serta  rendah  serat, buah, dan sayuran.

*Obesitas:  Berat  badan  berlebih  dapat  menyebabkan  tekanan  tambahan  pada   lambung dan meningkatkan risiko GERD.*Kebiasaan   Merokok:   Merokok   dapat   mengganggu fungsi   katup   esofagus   dan meningkatkan produksi asam lambung.

*Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan GERD dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini pada individu lain dalam keluarga.

*Minuman Berkafein: Seperti kopi, yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung lebih banyak.Adapun dampak jangka panjang pada GERD yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan   komplikasi   serius   seperti   peradangan   esofagus   (esophagitis),   luka   pada esofagus, atau bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus. 

Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap GERD sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang yang merugikan. GERD  mempunyai  dampak  yang  luar  biasa   terhadap  kualitas  hidup  remaja  dan  berkaitan dengan  tingginya  risiko  Barrett's  esofagus   yang  dapat  berkembang  menjadi  adenokarsinoma esophagus  (Beigrezaei  et  al.,  2023).  

 Penting  nya  mengenali  faktor  risiko  yang  berhubungan dengan  gaya  hidup,  terutama   pola  makan  seperti  obesitas,  merokok,  alkohol  dan  konsumsi kafein  berlebihan,   makanan  berlemak  atau  gorengan  dan  coklat  merupakan  beberapafaktor yang meningkatkan risiko GERD pada usia remaja (Montoro-Huguet, 2022).   

Rutinitas  dan  kegiatan  keseharian  manusia  yang  padat  terkadang  memaksa  manusia mengesampingkan  pola  hidup  yang  sehat  dengan semestinya.  Jenis  asupan  maupun   jumlah makanan mempengaruhi kesehatan salah satu organ pada tubuh manusia, yaitu lambung. S

alah satu jenis gangguan pada lambung manusia yaitu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), gangguan ini merupakan suatu kondisi dimana munculnya rasa terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan (Ramdhan&Bunga,2021).

Dalam  beberapa   tinjauan  sistematis  yang  meneliti  terkait  hubungan  antara  GERD dengan pola makan menyatakan bahwa mengkonsumsi buah jeruk, makanan pedas, gorengan dan  minuman   bersoda  dapat  meningkatkan  kemungkinan  terjadinya  refleks  disfagia  dengan mengubahkeasaman saluran cerna, terutama lambung, dan mempengaruhi pencernaan (Neda Heidarzadeh-Esfahani, et all,. 2021).Metode  yang  digunakan  untuk  mengumpulkan   informasi  dalam  penelitian  ini  adalah literature   review   dengan   menggunakan   Google   Scholar. 

  Pencarian   dilakukan   dengan menggunakan kata kunci yang relevan untuk memperoleh data terbaru dan terkini mengenai faktor   risiko   GERD   pada   remaja   di   Indonesia.  

 Penelitian   menunjukkan   bahwa   ada kecenderungan  pola  makan  yang  tidak  sehat  di   kalangan  remaja,  yang  berkontribusi  pada peningkatan insidensi GERD. Sangat penting adanya perubahaan gaya hidup untuk pola makan sehat,  pengelolaan  berat  badan,   menghindari  faktor  risiko  seperti  kebiasaan  merokok,  dan kafein,  serta  promosi  gaya   hidup  sehat,  dapat  berperan  dalam  pencegahan  dan  pengelolaan GERD.   

Upaya   untuk   meningkatkan   pengetahuan   pada   remaja   tentang   GERD   melalui penyuluhn   Kesehatan  tentang  penyakit  asam  lambung  serta  peningkatan  kesadaran  tentang GERD   di  kalangan  masyarakat  dan  peran  penting  edukasi  dalam  mengurangi  faktor  risiko dapat membantu mengurangi beban penyakit ini secara global

 KESIMPULAN DAN SARAN

 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa GERD merupakan masalah klinis yang signifikan dengan prevalensi yang meningkat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Faktor-faktor risiko seperti pola makan yang buruk, obesitas, merokok, dan kebiasaan minum kopi  berlebihan  berperan  penting  dalam  perkembangan  kondisi  ini.  Penanganan  yang   tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena GERD.

 DAFTAR PUSTAKA  

 Montoro-Huguet,  M.  A.  (2022).  Dietary  and  nutritional  support  in   gastrointestinal diseases   of   the   upper   gastrointestinal   tract   (I):   Esophagus.   Nutrients,   14(22),   1-24. https://doi.org/10.58954/epj.v1i3.61

 Beigrezaei,  S.,  Sasanfar,  B.,  Nafei,  Z.,  Behniafard,  N.,  &  Aflatoonian,  M.   (2023). Dietary   approaches   to   stop   hypertension   (DASH) -style   diet   in   association   with gastroesophageal reflux disease in adolescents. Nutrients, 14(22), 1-9.

 Ndraha, S., Oktavius, D., Sumampouw, J. L., Juli, N. N., & Marcel, R. (2016). Faktor-faktor   yang  berhubungan  dengan  keberhasilan  terapi  GERD  (Factors  associated  with  the success of GERD therapy). Journal Kedokteran Meditek, 22(60), 713. http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1447 

Leiman,  D.  A.,  &  Metz,  D.  C.  (2019).  Gastroesophageal  reflux  disease.   Clinical Gastrointestinal Endoscopy, June, 268-278

 Maret-Ouda,  J.,  Markar,  S.  R.,  &  Lagergren,  J.  (2020).  Gastroesophageal  reflux disease: A review. JAMA, 324(24), 2536-2547.

 Fox, M., & Gyawali, C. P. (2023). Dietary factors involved in GERD management. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, xxxx, 101826. 

Syam, A. F., Hapsari, F. C. P., & Makmun, D. (2016). The prevalence and risk factors of  GERD  among  Indonesian  medical  doctors.  Journal  of  Health 

Sciences,  20(2),  35-40. http://journal.ui.ac.id/healthHeidarzadeh-Esfahani,  N.,  et   al.  (2021).  Asupan  makanan  terkait  risiko  penyakit refluks: Tinjauan sistematis. Pubmed Central, 26(4), 367-379. 

Nasution,  N.,  &  Satria,  O.  (2023).  Pengaruh  pola  diet  DASH  terhadap  kejadian gastroesophageal reflux disease (GERD) pada remaja. Best Journal, 6(2), 941-947. 

Ardhan, F. R., et al. (2022). Hubungan pola makan dengan kejadian gastroesophageal reflux disease pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Jurnal Kedokteran Unram, 2(1), 806-811.

 Ajjah,   B.   F.   F.,   et   al.   (2020).   Hubungan   pola   makan   dengan   terjadinya gastroesophageal reflux disease (GERD). Journal of Nutrition College, 9(3), 169-179.

 Waluyo, S. J., & Solikah, S. N. (2023). Edukasi kesehatan mengenai penyakit asam lambung (GERD) pada remaja di Kel. Sangkrah, Kota Surakarta. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1), 203-211.

 Amukti,  D.  P.,  et  al.  (2024).  Promosi  kesehatan  diet  and  gastroesophageal   reflux disease (GERD). J.A.I: Jurnal Abdimas Indonesia, 4(2).

Nurhaidah,  F.  S.,  et  al.  (2021).  Pengetahuan  mahasiswa  Universitas  Airlangga mengenai  dispepsia,  gastritis,  dan  GERD  beserta  antasida  sebagai  pengobatannya.   Jurnal Farmasi Komunitas, 8(2), 58-65.

 Karina,  R.,  Yulianto,  F.  A.,  &  Astuti,  R.  D.  I.  (2016).  Karakteristik  penderita gastroesophageal reflux disease (GERD) berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama di Poli Penyakit dalam Rumah Sakit Al Islam Bandung tahun 2015. Pendidikan Dokter, 2(2), 224-230.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun