Nama : Keisya Humaira Sausan
 NIM : 24051025
 Prodi : D3 Keperawatan  Â
Institut Kesehatan Hermina
BAHAYA POLA MAKAN YANG TIDAK TERATUR DI KALANGAN REMAJA
 Bahaya Pola Makan yang Tidak Teratur di Kalangan Remaja" dipilih karena mencerminkan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kelompok remaja. Pada usia remaja, pola makan yang tidak teratur bisa menjadi kebiasaan yang membahayakan kesehatan jangka panjang, seperti obesitas, gangguan makan, kekurangan gizi, atau peningkatan risiko penyakit kronis di masa depan.Â
Remaja sering kali menghadapi berbagai tekanan sosial, emosional, dan akademik yang dapat memengaruhi kebiasaan makan mereka, seperti konsumsi makanan cepat saji, makanan olahan, atau pola makan yang tidak seimbang. Pola makan yang buruk ini dapat memengaruhi perkembangan fisik dan mental mereka, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.
 Judul ini relevan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pola makan yang sehat dan teratur pada masa remaja, serta menggambarkan bagaimana pola makan yang tidak teratur dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka. Keperawatan atau pendidikan kesehatan memiliki peran dalam memberikan informasi dan dukungan untuk membantu remaja mengembangkan kebiasaan makan yang lebih baik.
 Berdasarkan hasil penelusuran di Google Scholardengan kata kunci (keyword) yang telah disusun. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 6 jurnal yang kemudian  jurnal  tersebut  di  analisis. Â
Dari  6  jurnal  yang  di reviewdidapatkan  hasil  bahwa adanya  faktor  pola  makan  buruk  yang  tidak  teratur,  konsumsi  kopi  secara  berlebih,  dan mengikuti  pola  diet  yang  salah  merupakan  faktor  yang  bisa  menyebabkan  terjadinya Gastroesophageal Relux Disease (GERD)Â
Berdasarkan  hasil  penelitian  ini  didapatkan  bahwa  terdapat  pengaruh  pola  makan remaja sebagai faktor risiko penyakit GERD. Pola makan yang tidak baik pada remaja seperti asupan pola makan yang salah, jam tidur yang tidak baik, tidak teratur dan tidak seimbangnya kecukupan  sumber  gizi  yang  dibutuhkan  tubuh  diantaranya  adalah  asupan  energi,  asupan protein,  asupan  serat,  asupan  karbohidrat,  dan  asupan  lemak.  Remaja  sebagai  salah  satu golongan yang produktif dan enerjik, memiliki energi yang baik dalam menjalankan rutinitas dan  aktifitas  sehari-hari.Â
 Terkadang  terlalu  fokus  pada  pengerjaan  aktivitas  seperti  sekolah maupun  mengerjakan  tugas  kadangkala  jadi  mengesampingkan  dan  kurang  memperhatikan pola asupan makanan(Ikhsan,2021). GERD adalah kondisi di mana isi lambung naik kembali ke esofagus dan bahkan dapat mencapai  rongga  mulut,  menyebabkan  gejala  klinis  seperti  nyeri  dada,  sensasi  terbakar (heartburn), dan iritasi pada saluran pernapasan.Â
 Tingkat keparahan GERD dipengaruhi oleh durasi  paparan  esofagus  dan  organ  lain  terhadap  asam  lambung,  terutama  Hidrogen  Klorida (HCL).Beberapa faktor risiko yang diketahui menyebabkan GERD antara lain:*Pola  Makan:  Konsumsi  makanan  tinggi  lemak,  pedas,  dan  asam,  serta  rendah  serat, buah, dan sayuran.
*Obesitas:  Berat  badan  berlebih  dapat  menyebabkan  tekanan  tambahan  pada  lambung dan meningkatkan risiko GERD.*Kebiasaan  Merokok:  Merokok  dapat  mengganggu fungsi  katup  esofagus  dan meningkatkan produksi asam lambung.
*Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan GERD dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini pada individu lain dalam keluarga.
*Minuman Berkafein: Seperti kopi, yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung lebih banyak.Adapun dampak jangka panjang pada GERD yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan  komplikasi  serius  seperti  peradangan  esofagus  (esophagitis),  luka  pada esofagus, atau bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus.Â
Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap GERD sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang yang merugikan. GERD  mempunyai  dampak  yang  luar  biasa  terhadap  kualitas  hidup  remaja  dan  berkaitan dengan  tingginya  risiko  Barrett's  esofagus  yang  dapat  berkembang  menjadi  adenokarsinoma esophagus  (Beigrezaei  et  al.,  2023). Â
 Penting  nya  mengenali  faktor  risiko  yang  berhubungan dengan  gaya  hidup,  terutama  pola  makan  seperti  obesitas,  merokok,  alkohol  dan  konsumsi kafein  berlebihan,  makanan  berlemak  atau  gorengan  dan  coklat  merupakan  beberapafaktor yang meningkatkan risiko GERD pada usia remaja (Montoro-Huguet, 2022).  Â
Rutinitas  dan  kegiatan  keseharian  manusia  yang  padat  terkadang  memaksa  manusia mengesampingkan  pola  hidup  yang  sehat  dengan semestinya.  Jenis  asupan  maupun  jumlah makanan mempengaruhi kesehatan salah satu organ pada tubuh manusia, yaitu lambung. S
alah satu jenis gangguan pada lambung manusia yaitu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), gangguan ini merupakan suatu kondisi dimana munculnya rasa terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan (Ramdhan&Bunga,2021).
Dalam  beberapa  tinjauan  sistematis  yang  meneliti  terkait  hubungan  antara  GERD dengan pola makan menyatakan bahwa mengkonsumsi buah jeruk, makanan pedas, gorengan dan  minuman  bersoda  dapat  meningkatkan  kemungkinan  terjadinya  refleks  disfagia  dengan mengubahkeasaman saluran cerna, terutama lambung, dan mempengaruhi pencernaan (Neda Heidarzadeh-Esfahani, et all,. 2021).Metode  yang  digunakan  untuk  mengumpulkan  informasi  dalam  penelitian  ini  adalah literature  review  dengan  menggunakan  Google  Scholar.Â
 Pencarian  dilakukan  dengan menggunakan kata kunci yang relevan untuk memperoleh data terbaru dan terkini mengenai faktor  risiko  GERD  pada  remaja  di  Indonesia. Â
 Penelitian  menunjukkan  bahwa  ada kecenderungan  pola  makan  yang  tidak  sehat  di  kalangan  remaja,  yang  berkontribusi  pada peningkatan insidensi GERD. Sangat penting adanya perubahaan gaya hidup untuk pola makan sehat,  pengelolaan  berat  badan,  menghindari  faktor  risiko  seperti  kebiasaan  merokok,  dan kafein,  serta  promosi  gaya  hidup  sehat,  dapat  berperan  dalam  pencegahan  dan  pengelolaan GERD.  Â
Upaya  untuk  meningkatkan  pengetahuan  pada  remaja  tentang  GERD  melalui penyuluhn  Kesehatan  tentang  penyakit  asam  lambung  serta  peningkatan  kesadaran  tentang GERD  di  kalangan  masyarakat  dan  peran  penting  edukasi  dalam  mengurangi  faktor  risiko dapat membantu mengurangi beban penyakit ini secara global
 KESIMPULAN DAN SARAN
 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa GERD merupakan masalah klinis yang signifikan dengan prevalensi yang meningkat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Faktor-faktor risiko seperti pola makan yang buruk, obesitas, merokok, dan kebiasaan minum kopi  berlebihan  berperan  penting  dalam  perkembangan  kondisi  ini.  Penanganan  yang  tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena GERD.
 DAFTAR PUSTAKA Â
 Montoro-Huguet,  M.  A.  (2022).  Dietary  and  nutritional  support  in  gastrointestinal diseases  of  the  upper  gastrointestinal  tract  (I):  Esophagus.  Nutrients,  14(22),  1-24. https://doi.org/10.58954/epj.v1i3.61
 Beigrezaei,  S.,  Sasanfar,  B.,  Nafei,  Z.,  Behniafard,  N.,  &  Aflatoonian,  M.  (2023). Dietary  approaches  to  stop  hypertension  (DASH) -style  diet  in  association  with gastroesophageal reflux disease in adolescents. Nutrients, 14(22), 1-9.
 Ndraha, S., Oktavius, D., Sumampouw, J. L., Juli, N. N., & Marcel, R. (2016). Faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  keberhasilan  terapi  GERD  (Factors  associated  with  the success of GERD therapy). Journal Kedokteran Meditek, 22(60), 713. http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1447Â
Leiman,  D.  A.,  &  Metz,  D.  C.  (2019).  Gastroesophageal  reflux  disease.  Clinical Gastrointestinal Endoscopy, June, 268-278
 Maret-Ouda,  J.,  Markar,  S.  R.,  &  Lagergren,  J.  (2020).  Gastroesophageal  reflux disease: A review. JAMA, 324(24), 2536-2547.
 Fox, M., & Gyawali, C. P. (2023). Dietary factors involved in GERD management. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, xxxx, 101826.Â
Syam, A. F., Hapsari, F. C. P., & Makmun, D. (2016). The prevalence and risk factors of  GERD  among  Indonesian  medical  doctors.  Journal  of  HealthÂ
Sciences,  20(2),  35-40. http://journal.ui.ac.id/healthHeidarzadeh-Esfahani,  N.,  et  al.  (2021).  Asupan  makanan  terkait  risiko  penyakit refluks: Tinjauan sistematis. Pubmed Central, 26(4), 367-379.Â
Nasution,  N.,  &  Satria,  O.  (2023).  Pengaruh  pola  diet  DASH  terhadap  kejadian gastroesophageal reflux disease (GERD) pada remaja. Best Journal, 6(2), 941-947.Â
Ardhan, F. R., et al. (2022). Hubungan pola makan dengan kejadian gastroesophageal reflux disease pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Jurnal Kedokteran Unram, 2(1), 806-811.
 Ajjah,  B.  F.  F.,  et  al.  (2020).  Hubungan  pola  makan  dengan  terjadinya gastroesophageal reflux disease (GERD). Journal of Nutrition College, 9(3), 169-179.
 Waluyo, S. J., & Solikah, S. N. (2023). Edukasi kesehatan mengenai penyakit asam lambung (GERD) pada remaja di Kel. Sangkrah, Kota Surakarta. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1), 203-211.
 Amukti,  D.  P.,  et  al.  (2024).  Promosi  kesehatan  diet  and  gastroesophageal  reflux disease (GERD). J.A.I: Jurnal Abdimas Indonesia, 4(2).
Nurhaidah,  F.  S.,  et  al.  (2021).  Pengetahuan  mahasiswa  Universitas  Airlangga mengenai  dispepsia,  gastritis,  dan  GERD  beserta  antasida  sebagai  pengobatannya.  Jurnal Farmasi Komunitas, 8(2), 58-65.
 Karina,  R.,  Yulianto,  F.  A.,  &  Astuti,  R.  D.  I.  (2016).  Karakteristik  penderita gastroesophageal reflux disease (GERD) berdasarkan usia, jenis kelamin, dan keluhan utama di Poli Penyakit dalam Rumah Sakit Al Islam Bandung tahun 2015. Pendidikan Dokter, 2(2), 224-230.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H