Ada banyak petunjuk mengenai alasan Prabu Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi Jenggala dan Kediri. Namun mengapa ibu kota kerajaan dipindahkan dari Kahuripan ke Daha, masih menjadi misteri besar.
Berangkat dari misteri itulah kemudian sekelompok peminat dan pemerhati sejarah di Jawa Timur tertarik untuk merangkai-rangkai teori. Salah satu teori yang kemudian muncul adalah: mungkinkah ada kaitan dengan semakin besarnya pengaruh Islam di pesisir Jawa?
Bagi yang menjadikan sejarah mainstream sebagai satu-satunya acuan, teori ini tidak masuk di akal. Pelajaran sejarah baku di sekolah mengajarkan Islam baru dikenal luas di Jawa pada era Wali Songo. Itu artinya di kisaran peristiwa runtuhnya Majapahit dan berdirinya Demak.
Ketika ada pertanyaan di Quora tentang kemungkinan pengaruh Islam dalam keputusan Prabu Airlangga ini, si penanya mendapat olok-olok. Ada penjawab yang berkata, "Dulu waktu pelajaran sejarah sering bolos ya." Ada pula yang mengatakan tidak ada relevansinya antara pengaruh Islam dan Airlangga.
"Pelajarilah Sejarah Indonesia dengan baik! Selisih masa Islamisasi pulau Jawa dengan zamannya kerajan Kahuripannya Airlangga sekitar 450 tahun. Jadi menghubung-hubungkan Airlangga dengan Islamisasi sama sekali tidak relevan." Demikian kata salah satu penjawab lain.
Padahal, bukti arkeologis sendiri menunjukkan sudah ada makam seorang muslimah di Desa Leran, Kecamatan Manyaran, Gresik, pada awal abad ke-11. Itu abad di mana Prabu Airlangga mendirikan kerajaannya, yang dalam teks sejarah disebut dengan nama Kahuripan.
Pada batu nisan makam muslimah bernama Siti Fatimah binti Maimun itu tertulis ia mangkat pada 2 Desember 1082 Masehi. Kerajaan Kahuripan sendiri didirikan oleh Prabu Airlangga pada 1019 Masehi. Bermakna, sudah ada komunitas Arab-Islam di Gresik pada masa Kahuripan tegak.
Tak ada keterangan kapan pastinya Prabu Airlangga memindahkan pusat pemerintahan ke Daha. Namun pada November 1042 Masehi, kerajaan sudah dibagi dua menjadi Jenggala dan Panjalu. Artinya, Siti Fatimah binti Maimun masih hidup pada saat Mpu Barada membagi kerajaan.
Dasar Argumen
Sepanjang yang saya baca-baca, ada beberapa dasar pemikiran yang menjadi landasan orang-orang yang berteori adanya pengaruh Islam pada keputusan Prabu Airlangga memindahkan pusat pemerintahan ke Daha.
Pertama, saudagar-saudagar Arab-Muslim diketahui sudah akrab dengan Nusantara sejak sebelum tahun 1000-an Masehi. Utamanya dari jalur Hadrami selepas pembantaian Husain bin Ali di Padang Karbala, yang lantas berbuntut menyebarnya generasi keturunan Ali bin Abi Thalib ke mana-mana akibat jadi target Bani Umayyah dan kemudian Bani Abasysyiah.
Di artikel Historia ini juga disebutkan dugaan jika para pedagang Arab-Hadrami sudah sampai ke Nusantara sejak abad ketujuh Masehi: Awal Mula Datangnya Orang-orang Arab ke Nusantara. Ya, dugaan. Namun tentu saja dugaan seperti ini tidak berangkat dari pikiran kosong belaka.