Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyelamatkan Generasi Emas: Perang Melawan Stunting!

18 November 2024   10:40 Diperbarui: 18 November 2024   11:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://grahamedikahospital.co.id/

Pendahuluan

Stunting kini menjadi salah satu tantangan terbesar yang mengancam masa depan generasi Indonesia. Menurut data terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, sekitar 4.7 juta balita di tanah air masih menderita stunting, sebuah kondisi yang menghambat pertumbuhan mereka akibat kekurangan gizi yang parah. Meskipun prevalensi stunting telah menurun, dari 30.8% pada tahun 2018 menjadi 21.6% pada tahun 2022, akan tetapi angka ini masih jauh dari target pemerintah yang ingin menurunkan prevalensinya hingga pada angka 14% di tahun 2024. Perubahan angka ini tentu bukan hanya tentang statistik, melainkan juga tentang potensi masa depan anak-anak yang akan menjadi pemimpin bangsa.

Mengapa Stunting Merupakan Masalah Serius

Isu stunting bukan sekadar masalah kesehatan, tapi ini adalah ancaman besar bagi masa depan anak-anak kita dan negara secara keseluruhan. Dampaknya tidak hanya akan terasa dalam jangka pendek, tetapi juga mengganggu perkembangan jangka panjang yang mempengaruhi kualitas hidup dan daya saing negara kita di kancah global

Stunting tidak hanya mempengaruhi tumbuh kembang fisik anak-anak, tetapi juga berisiko merusak perkembangan mental mereka. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki kecenderungan untuk mengalami kesulitan dalam belajar dan beradaptasi dengan lingkungan sosial mereka. Hal ini tentu juaga akan mengarah pada penurunan kemampuan kognitif dan keterampilan interpersonal yang dapat memengaruhi kinerja akademisnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan stunting cenderung memiliki penilaian hasil ujian yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dengan gizi yang cukup.

Selain masalah kognitif, stunting juga berhubungan dengan masalah kesehatan di kemudian hari. Anak yang stunting berisiko tinggi mengalami gangguan metabolik, seperti obesitas atau penyakit jantung, ketika mereka dewasa. Sebuah studi menunjukkan bahwa mereka yang pernah mengalami stunting di masa kecil lebih rentan terhadap penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.

Stunting juga bukan hanya masalah sosial dan kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi. Anak yang stunting cenderung memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk berkontribusi pada ekonomi negara. Mereka berisiko untuk menjadi pekerja yang kurang produktif dan sulit untuk berkompetisi di pasar kerja global. Sebuah studi dari Bank Dunia memperkirakan bahwa setiap anak yang mengalami stunting berpotensi mengurangi pendapatan masa depan mereka sebesar 10%.

Indonesia memiliki target besar untuk menjadi negara maju, namun stunting menghambat upaya tersebut. Jika kita tidak bisa memastikan generasi muda tumbuh dengan sehat dan cerdas, kita akan kesulitan untuk membangun sumber daya manusia yang mampu mendorong kemajuan ekonomi dan sosial negara. Stunting adalah penghalang besar untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di masa depan.

Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Stunting

  • Mengintegrasikan Penanggulangan Stunting dalam Kebijakan Nasional

Pemerintah harus memastikan bahwa penanggulangan stunting menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemetaan untuk mengetahui daerah-daerah dengan prevalensi stunting tertinggi, serta menyesuaikan kebijakan dengan kondisi lokal.

Pemerintah perlu melibatkan semua kementerian dalam penanggulangan stunting, terutama Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, serta Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Kolaborasi antar-kementerian ini sangat penting karena stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan.

  • Meningkatkan Akses Layanan Kesehatan untuk Ibu Hamil dan Balita

Pemerintah harus memperluas akses pendidikan dan konseling gizi melalui posyandu dan puskesmas. Ini penting agar para ibu mengetahui tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, serta pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi.

Pemerintah harus memastikan distribusi tablet besi untuk ibu hamil dan vitamin A serta zinc untuk anak-anak balita yang berisiko stunting. Pelayanan imunisasi dasar yang lengkap juga harus dipastikan agar anak-anak terlindungi dari penyakit yang bisa mengganggu tumbuh kembang mereka.

  • Program Pemberian Bantuan Sosial dan Pangan Bergizi

Memperluas PKH untuk mencakup lebih banyak keluarga dengan anak-anak berisiko stunting. Program ini dapat diberikan bersama dengan pendampingan untuk memastikan ibu hamil dan anak-anak mendapat akses ke makanan bergizi dan pelayanan kesehatan yang memadai.

Mempercepat distribusi makanan bergizi seperti bubur bayi yang kaya protein, vitamin, dan mineral bagi balita yang mengalami kekurangan gizi. Pemerintah juga bisa memperkenalkan program makanan sehat berbasis lokal, memanfaatkan bahan pangan yang tersedia di daerah masing-masing.

  • Meningkatkan Infrastruktur Sanitasi dan Kebersihan

Salah satu faktor penyebab stunting adalah infeksi yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan akses terbatas terhadap air bersih. Pemerintah harus segera mempercepat pembangunan infrastruktur air bersih, toilet sehat, serta memperkenalkan program sanitasi yang tepat guna.

Selain infrastruktur, edukasi masyarakat tentang kebersihan lingkungan juga harus ditekankan, terutama di daerah rawan stunting, agar mereka dapat terhindar dari penyakit infeksi yang dapat menghambat pertumbuhan anak.

  • Pemantauan dan Evaluasi yang Berkelanjutan

Pemerintah harus segera membangun dan mengintegrasikan database stunting nasional yang mencatat perkembangan anak dari lahir hingga usia 2 tahun, untuk memudahkan deteksi dini. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan data Riskesdas bisa digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang prevalensi stunting dan faktor-faktor penyebabnya.

Program penanggulangan stunting yang ada harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan keberhasilan dan efektivitasnya. Jika ditemukan masalah atau kekurangan, pemerintah perlu segera melakukan penyesuaian kebijakan agar penanggulangan stunting berjalan lebih optimal.

Peran Stakeholder Lain Dalam Mengatasi Stunting

  • Sektor Swasta

Perusahaan-perusahaan besar, terutama yang bergerak di bidang pangan dan gizi, perlu menjalankan CSR yang lebih terarah untuk mendukung penanggulangan stunting. Program yang bisa dilakukan termasuk pemberian makanan sehat untuk keluarga kurang mampu, terutama di daerah dengan angka stunting tinggi, serta pendidikan mengenai pola makan sehat bagi ibu dan anak.

Perusahaan dapat memperkenalkan fortifikasi pangan pada produk makanan mereka, seperti menambah vitamin D, zat besi, atau asam folat pada produk makanan sehari-hari seperti tepung terigu, minyak, atau susu. Fortifikasi ini akan membantu meningkatkan gizi masyarakat, terutama bagi keluarga yang tinggal di daerah dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi.

  • Lembaga Pendidikan

Institusi pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dapat berperan dalam pendidikan gizi yang lebih intensif. Misalnya, mengintegrasikan topik gizi, pentingnya ASI eksklusif, serta pola makan sehat dalam kurikulum pendidikan. Hal ini akan membekali generasi muda dengan pengetahuan untuk menghindari stunting dan mendorong mereka untuk menerapkan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Di tingkat sekolah, melibatkan guru dan orang tua dalam pelatihan tentang gizi dan pentingnya pola hidup sehat sangatlah penting. Dengan melibatkan orang tua, diharapkan mereka dapat lebih memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam keluarga masing-masing.

  • Lembaga Non-Pemerintah (NGO)

NGO yang fokus pada masalah kesehatan masyarakat bisa melaksanakan program pendidikan gizi dan kesehatan yang lebih luas di komunitas, terutama di daerah rawan stunting. NGO juga bisa memperkenalkan program dapur sehat yang mengajarkan keluarga cara memasak makanan bergizi dengan bahan-bahan yang tersedia secara lokal.

NGO bisa memperkuat penyuluhan langsung ke lapangan melalui program mobil klinik atau pelatihan kepada tenaga kesehatan lokal di desa untuk menangani stunting. Program ini akan sangat membantu dalam menciptakan akses kesehatan yang lebih baik di daerah-daerah yang sulit dijangkau.

  • Masyarakat dan Keluarga

Orang tua memiliki peran kunci dalam mencegah stunting. Masyarakat harus diberdayakan dengan pengetahuan tentang gizi yang baik sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang tepat harus menjadi kebiasaan yang dimulai dari keluarga.

Masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya lokal yang murah dan bergizi, seperti sayuran, ikan, dan kacang-kacangan untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-anak mereka. Masyarakat juga bisa terlibat dalam program pengolahan makanan sehat yang menggunakan bahan lokal, yang lebih mudah dijangkau dan lebih terjangkau.

Kesimpulan

Mengatasi stunting adalah suatu keharusan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga tantangan sosial dan ekonomi yang harus dihadapi dengan serius. Pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, NGO, dan masyarakat harus bersatu dalam upaya penanggulangan stunting, dengan memprioritaskan akses kesehatan yang lebih baik, pendidikan gizi, peningkatan sanitasi, dan program sosial yang inklusif.

Tindakan cepat dan terkoordinasi dari semua pihak akan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, membuka jalan bagi Generasi Emas yang sehat, cerdas, dan produktif. Setiap langkah yang diambil hari ini tidak hanya mencegah penurunan kualitas hidup generasi berikutnya, tetapi juga menjamin kesejahteraan sosial dan ekonomi bangsa dalam jangka panjang. Mari kita bergerak bersama, untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam perjuangan menuju Indonesia yang bebas dari stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun