Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyelamatkan Generasi Emas: Perang Melawan Stunting!

18 November 2024   10:40 Diperbarui: 18 November 2024   11:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perusahaan dapat memperkenalkan fortifikasi pangan pada produk makanan mereka, seperti menambah vitamin D, zat besi, atau asam folat pada produk makanan sehari-hari seperti tepung terigu, minyak, atau susu. Fortifikasi ini akan membantu meningkatkan gizi masyarakat, terutama bagi keluarga yang tinggal di daerah dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi.

  • Lembaga Pendidikan

Institusi pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dapat berperan dalam pendidikan gizi yang lebih intensif. Misalnya, mengintegrasikan topik gizi, pentingnya ASI eksklusif, serta pola makan sehat dalam kurikulum pendidikan. Hal ini akan membekali generasi muda dengan pengetahuan untuk menghindari stunting dan mendorong mereka untuk menerapkan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Di tingkat sekolah, melibatkan guru dan orang tua dalam pelatihan tentang gizi dan pentingnya pola hidup sehat sangatlah penting. Dengan melibatkan orang tua, diharapkan mereka dapat lebih memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam keluarga masing-masing.

  • Lembaga Non-Pemerintah (NGO)

NGO yang fokus pada masalah kesehatan masyarakat bisa melaksanakan program pendidikan gizi dan kesehatan yang lebih luas di komunitas, terutama di daerah rawan stunting. NGO juga bisa memperkenalkan program dapur sehat yang mengajarkan keluarga cara memasak makanan bergizi dengan bahan-bahan yang tersedia secara lokal.

NGO bisa memperkuat penyuluhan langsung ke lapangan melalui program mobil klinik atau pelatihan kepada tenaga kesehatan lokal di desa untuk menangani stunting. Program ini akan sangat membantu dalam menciptakan akses kesehatan yang lebih baik di daerah-daerah yang sulit dijangkau.

  • Masyarakat dan Keluarga

Orang tua memiliki peran kunci dalam mencegah stunting. Masyarakat harus diberdayakan dengan pengetahuan tentang gizi yang baik sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang tepat harus menjadi kebiasaan yang dimulai dari keluarga.

Masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya lokal yang murah dan bergizi, seperti sayuran, ikan, dan kacang-kacangan untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-anak mereka. Masyarakat juga bisa terlibat dalam program pengolahan makanan sehat yang menggunakan bahan lokal, yang lebih mudah dijangkau dan lebih terjangkau.

Kesimpulan

Mengatasi stunting adalah suatu keharusan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga tantangan sosial dan ekonomi yang harus dihadapi dengan serius. Pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, NGO, dan masyarakat harus bersatu dalam upaya penanggulangan stunting, dengan memprioritaskan akses kesehatan yang lebih baik, pendidikan gizi, peningkatan sanitasi, dan program sosial yang inklusif.

Tindakan cepat dan terkoordinasi dari semua pihak akan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, membuka jalan bagi Generasi Emas yang sehat, cerdas, dan produktif. Setiap langkah yang diambil hari ini tidak hanya mencegah penurunan kualitas hidup generasi berikutnya, tetapi juga menjamin kesejahteraan sosial dan ekonomi bangsa dalam jangka panjang. Mari kita bergerak bersama, untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam perjuangan menuju Indonesia yang bebas dari stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun