Dialog si pandir dan si fulan
(1)
(Fulan)
Hai Pandir, kenapa ember yang bocor itu masih saja kau isi dengan air?
Seharusnya, kau tambal lah ember itu terlebih dahulu? Atau kau beli ember yang baru, agar tak mubazir
(2)
(Pandir)
Woi Fulan, kau tahu apa dengan emberku ini? Terserah akulah mau kutambal atau tidak, apa pula urusanmu?
(3)
(Fulan)
Pandir!, aku tak urusan dengan kau, terserah kau ajalah semaumu suka, itu ember memang punya kau tapi untuk kau tahu, air itu kau ambil dari sumurku dan sumurku itu dimanfaatkan oleh orang banyak, sayang kan kalau airnya sia-sia karena tumpah
(4)
(Pandir)
Woi Fulan!, Sumurmu itu deras sekali sumber mata airnya, walau kuambil setiap waktu dan kutumpahkan suka-sukapun, toh tetap saja airnya mengucur deras, jangan pelit lah kau atau kusuruh saja orangku agar sumurmu itu ditimbun batu?
(5)
(Fulan)
Ah, suka-suka kau lah Pandir, semoga saja para tetanggaku dan orang-orang yang memanfaatkan sumurku itu sabar dengan tingkahmu yang melampaui batas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H