Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shako-shoumei: Perlu Meniru Jepang Tanpa Parkir Mobil Sembarang

20 November 2024   06:18 Diperbarui: 20 November 2024   10:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, apakah itu terpikirkan oleh keseluruhan orang yang akan atau telah memiliki mobil?
OH, TENTU TIDAK!

Indonesia BUKAN Jepang.

Ada seribu alasan mengapa saya menyukai Jepang; bertahun-tahun saya dibuat kagum. Biarpun banyak orang nyinyir terhadap Jepang salah satunya dengan menyebut Jepang sebagai negara 'robot' yang cenderung statis (baca: karena terlalu manut terhadap aturan yang dibuat) tak menyurutkan minat saya mempelajari budaya dan masyarakat dari negara itu—meski bagi sebagian orang masih dianggap (tergolong) biasa-biasa saja.

Baca juga:

Digdaya Bahasa Jepang Bagi Pekerja Asing

Tetapi saya tak bisa menampik bahwa oleh karena pola keteraturan dan atau juga patuhnya mereka (baca: masyarakat Jepang) menaati aturan lah, saya menyukai Jepang;

ini tentang bagaimana keteraturan dan menaati aturan yang dikerjakan secara kolektif oleh masyarakatnya  yang membuat Jepang memiliki value di mata dunia.

Jepang dan aturan Shako-shoumei.

Masyarakat Jepang bisa dikatakan sebagai yang ahlinya dalam menaati aturan yang telah dibuat, baik oleh society atau pemerintah, termasuk pula menyoal keinginan memiliki mobil pribadi.

Masyarakat Jepang DILARANG membeli mobil pribadi jika tidak memiliki sertifikat Shako-shoumei atau sertifikat kepemilikan garasi.

Sertifikat ini hanya bisa diperoleh di kantor kepolisian dan sesuai peruntukkannya ia hanya bisa keluar dengan catatan si pemohon Shako-shoumei HARUS sudah memiliki garasi terlebih dahulu.

tokyo-673cbc16ed64157818719274.jpeg
tokyo-673cbc16ed64157818719274.jpeg
Ilustrasi sebuah jalan di satu sudut kota di Tokyo yang tenang dan tertata. (Foto oleh Flickr | Source Pinterest)

Tetapi, ada sedikit keringanan bagi yang tidak memilikinya yakni dengan menyewa tempat untuk dijadikan garasi (baca: di Jepang tempat-tempat penyewaan garasi berbayar seperti ini sudah lazim); shako-shoumei memiliki masa kedaluwarsa, umumnya berlaku selama satu bulan.

Baca juga:

Kasih Ibu dalam Kasus Femisida Dini Sera

Penerapan Shako-shoumei yang ketat tidak berhenti sampai di situ, nantinya si pemohon shako-shoumei juga WAJIB menyertakan (mendaftarkan) peta lokasi parkirnya yang nantinya diarahkan melalui Google Maps untuk kemudian petugas dari kepolisian datang untuk mengeceknya secara langsung. Ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian lokasi hingga persyaratan ukuran tempat parkir sebagaimana sesuai yang tercantum.

Tujuan utama shako-shoumei diberlakukan secara serius sejak tahun 1962 ini untuk MELARANG keras parkir sepanjang malam termasuk di jalan-jalan komplek perumahan.

Seperti diketahui bersama, banyaknya parkir liar di fasilitas umum seperti bahu jalan jelas akan mengganggu lalu lintas kendaraan lain dan untuk mengantisipasinya diperlukan sanksi; 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun