Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Kasih Ibu dalam Kasus Femisida Dini Sera

7 November 2024   20:46 Diperbarui: 8 November 2024   10:10 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lambang hukum yang berarti hukum tidak boleh memihak dan tidak bisa dibeli. (Foto oleh Pavel Danilyuk | Source Pexels.com) 

Meirizka Widjaja saat akan ditahan di Rutan kelas 1 Surabaya Kejaksaan Tinggi Jawa Timur | Source Kompas.com) 
Meirizka Widjaja saat akan ditahan di Rutan kelas 1 Surabaya Kejaksaan Tinggi Jawa Timur | Source Kompas.com) 

Suatu ketika saya pernah mendengar percakapan antara adik bungsu perempuan saya dan Bapak saat keduanya menonton tv. 

Pemantiknya tidak terlalu jelas apa, yang jelas keduanya membahas seandainya saja saat Ibu kami melahirkan adik saya itu dengan kepayahan dan di antara hidup dan mati—dan jika harus dengan berat hati memilih, Bapak akan memilih siapa di antara keduanya? 

Bapak menjawab Bapak akan memilih Ibu ketimbang dirinya. Karena Bapak beralasan anak-anak pada akhirnya akan meninggalkan orang tuanya sedangkan Ibu adalah temannya menua sampai akhir hayat.

Alasan logis yang mungkin saja hanya akan keluar dari setiap otak pria bukan? 

Berkebalikan dengan hati para Ibu, sejak purbakala jika berada pada momen yang sama, para Ibu pasti akan merelakan nyawanya demi anaknya; ia lebih memilih anaknya yang hidup.

Serupa tapi tak sama, mungkin perasaan kasihnya sebagai Ibu jualah yang membuat Meirizka Widjaja nekat mengatur strategi untuk melepaskan Ronald Tannur, anaknya, dari jerat dakwaan. 

Kasih sayang Ibu adalah MADU namun juga bisa berubah menjadi RACUN.

Kasih sayang yang salah kaprah justru akan merusak anak; dengan dalih sayang anak, Meirizka lupa jika anaknya telah menghilangkan nyawa Dini Sera.

Dengan dalih kasih ibu, Meirizka lupa kalau nyawa perempuan yang hilang di tangan anaknya adalah juga seorang ibu.

Meirizka tampaknya juga lupa, jika anaknya adalah manusia dewasa yang memiliki akal sehat sebelum memukulkan botol ke kepala Dini, yang memiliki akal sehat sebelum melindas tubuh Dini dengan mobil—dan punya nurani untuk segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan alih-alih membawanya ke apartemennya terlebih dahulu sehingga membuat terlambat mendapatkan pertolongan medis. 

Tapi, ke mana perginya akal sehat dan nurani Ronald Tannur saat itu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun