Saya tak jarang memilih tidur lebih awal supaya tidak terlambat keesokan paginya, atau cuma tidur 3-4 jam kalau memang ada deadline tulisan—atau tidak tidur sekalian. Apalagi kalau setelah saya survei, tempat pelaksanaan akad (rumah calon pengantin perempuan) jauh dari lokasi rumah saya.Â
Pernah kejadian, saya hampir bangun kesiangan dan saya gubrak-gubruk ngga karuan. Namun, preparation makes perfect, karena malam sebelumnya saya sudah prepare gear dan printilannya.Â
"Untung masih selamat," pikir saya.Â
Tapi, ya, itu saya jadi tidak sempat sarapan.
Biasanya, tuan rumah akan dengan ramah menawarkan fotografer (saya dan tim) untuk sarapan sebelum acara dimulai.Â
"Enak, ya jadi penghulu? Bisa datang terlambat."
Saya suka menggerutu karena ini.Â
#3 Sering dapat makanan "sisa"Â
Ya, kalian tidak salah baca.
Sering kali, sebagai fotografer saya dan tim dapat makanan sisa.Â
Tapi, makanan sisa yang saya maksud, bukan makanan yang bekas orang makan sebelumnya—bukan seperti itu.
Melainkan "komponen" makanannya yang tak lagi lengkap seperti lauknya yang habis, atau nasinya yang habis atau sambalnya yang tersisa seuprit—padahal saya tipikal orang yang doyan makan pedas;—atau sering juga tidak kebagian makan sama sekali karena saking membludaknya jumlah tamu undangan yang datang.Â