Pernah bukan tiba-tiba melihat sebuah foto lalu seketika kembali pada masa foto itu diambil?; kembali mengingat setiap kejadiannya, orang-orang yang ada di sana, atau suasananya seperti apa.Â
Sebuah foto hadir untuk hal itu, untuk merasakan bagaimana gegap gempitanya hati, indahnya kebersamaan, perasaan gugup dan tegang—atau mengingat memori sedih karena ditinggalkan oleh orang yang dikasihi.Â
Masih banyak hal lain yang dapat dijadikan untuk menilai "bayaran" seorang fotografer seperti kerapian penampilan, kesopanan dan keramahan dalam berbicara, cara ia menyelesaikan masalah menyangkut teknik foto dan lain sebagainya.Â
3. Personal Branding
‌Seyogyanya, tidak perlu menawar mati-matian jika ingin menggunakan jasa fotografer. Bukan bermaksud menggurui—tidak demikian.Â
Menawar harga itu lumrah, pun saya sering terjebak di situasi itu. Tak sekali atau dua kali, namun kembali ke poin yang saya singgung sebelumnya, seorang fotografer sudah cukup tahu diri dalam menetapkan harga—atau jika boleh saya bicara, sebenernya kegiatan tawar-menawar yang seorang calon klien lakukan terhadap fotografer mungkin hanya semata-mata agar cashflow keuangannya tidak berantakan.
Harga jasa seorang fotografer adalah harga personal branding yang ia bangun susah payah: sebagai model photographer, wedding photographer, commercial product photographer, baby & maternity photographer dan lain sebagainya.Â
Baca: Berkarya Demi Viral? Yakin Brandingmu Sudah Personal
Mungkin ada effort lebih di sana, ia "menjual" dirinya untuk dikenal, misalnya menebar kartu nama, mailing list bahkan hingga membangun audiens melalui konten media sosial (memasang iklan berbayar?) juga mungkin tak luput dari perhatian.Â
***
Jadi, jika ditanya berapa harga—kisaran rata-rata—jasa seorang fotografer? Jawabannya, tentu tidak pasti.Â