Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Anak Nasional 2024: Sebuah Catatan Pendek Pengalaman dan Harapan untuk Setiap Anak Indonesia

23 Juli 2024   04:21 Diperbarui: 23 Juli 2024   10:20 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa menyaksikannya di televisi atau melihatnya melalui gawai kita. Pelakunya mungkin tidak kita kenal, atau bisa jadi tetangga komplek beda RT—atau bisa jadi diri kita sendiri! 

Sengaja atau tidak sengaja?—atau memang literasi kita yang bisa disebut payah?

Dampaknya tentu saja menyerang anak tersebut, yang bisa saja tak hanya fisik namun juga psikis—yang terakhir saya sebut, bukan main-main lagi penanganannya jika sudah menggoreskan trauma. 

Psikis dan segala sesuatu yang menyangkut Psikologi jelas bukan bidang saya, oleh karenanya saya tidak ingin berbicara lebih jauh meski saya tertarik menyelami pikiran dan hati manusia (mengobservasi manusia itu menarik jika benar-benar tahu caranya). 

Ada satu kutipan dari Psikolog Verauli yang saya catat di fitur catatan di telepon seluler saya: bagi yang lain kita mungkin dihayati sebagai predator namun pada saat yang bersamaan kita menghayati diri kita sebagai korban. 

Apakah itu berlaku juga bagi seorang anak? Semua bergantung dari observasi lanjutan (berdasarkan usianya?) dan lagi-lagi itu menyangkut ranah Psikologi, maka tak elok saya perpanjang.

Yang bisa saya katakan adalah praktikkan pada anak sesuatu yang bisa dilakukan berulang secara harian. 

Bonding itu penting, tak peduli sebanyak apapun pekerjaan yang akan dilakukan atau selelah apapun hari yang dilewati. Seorang anak butuh diakui kehadirannya, dicintai pribadinya, dihargai tiap usahanya mengerjakan sesuatu, didukung tiap kali gagal, dibersamai ketika lelah dan lain sebagainya—dan tentu saja disesuaikan dengan usia mereka. 

Seorang anak ada tidak untuk dibentak atau dihujani kata-kata kasar (meskipun kita terlihat gagal dan payah bekerjasama dengannya; jika kau saja tidak ingin dibentak lantas mereka juga mau diperlakukan yang sama?); seorang anak ada tidak untuk disakiti fisik dan mental. 

Kebersamaan orangtua dengan anak | Foto oleh Werner Pfennig; Sumber Pexels
Kebersamaan orangtua dengan anak | Foto oleh Werner Pfennig; Sumber Pexels

Masih mengutip Kompas, Hari Anak Nasional dilatarbelakangi oleh Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana ada aturan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun