Segala kemungkinan apapun bisa terjadi—terlepas kita sudah menyiapkan diri dengan baik atau tidak sebelumnya.
Tetapi, menurut hemat saya, itu tidak terlalu berlebihan karena kalau seseorang yang memiliki daya pikir atau daya nalar yang baik, mereka akan berhenti sejenak dan melipir ke pinggir jalan—(baca: kalaupun untuk menindaklanjuti temu dadakan mereka tersebut)—bukan dengan konvoi berdua-duaan di jalan seperti itu.Â
Dari tindakan konvoi "ajaib" seperti yang saya bahas dalam artikel ini mengindikasikan tak semua orang yang—bisa—berkendara dapat cakap dan saling menghargai sebagai pengguna fasilitas umum.
Heran, padahal kalau mau kangen-kangenan bisa saling kontak dan buat janji ketemuan ya kan? Padahal ngobrol panjang bin ngalor-ngidul bisa banget lho di warkop tubruk atau coffee shop kekinian yang menjamur di hampir setiap tempat.
Hadeuh...
Catatan:
Maaf kalau para pembaca yang membaca artikel saya kali ini merasa tersinggung.Â
Tulisan ini sudah barang tentu sering menjadi pengalaman saya dan sering sekali terjadi sehingga saya punya nyali yang lebih dari cukup menuliskannya.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H