Karena tanpa perlu menamatkan jalan cerita (baca: sekedar informasi almarhumah mama saya yang menjadikan sinetron sebagai tontonan kesukaan—dan Bapak saya yang sejak masuk usia lansia lebih suka duduk manis di depan televisi menonton beberapa sinetron meski tak penuh jam waktunya dari awal tayang hingga berakhirnya; dengan kata lain, dialog-dialog antar tokoh sinetron yang tak sengaja saya dengar ketika orangtua saya menonton yang jadi bahan ocehan saya dalam tulisan ini) saya sudah mogok duluan di tengah-tengah.
Dunia kreativitas sinema elektronik—sinetron—negeri ini sungguh sudah gawat—atau parah (baca: atau boleh jika saya sebut secara frontal dengan kata: menyedihkan).
Kalimat saya di atas adalah pernyataan tegas—dan sepihak saya—serta tentu saja sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Tak ada yang boleh menggugat pendapat saya selama saya menempatkan dengan sadar diri saya di bawah atap penilaian "selera" yang saya buat sendiri—orang lain juga berhak melakukan yang sama, jika mereka menginginkannya. Setara.
Karena sejatinya—bagi saya pribadi—selera berpulang pada penilaian (baca: masing-masing orang) setelah menjalani proses pengamatan—atau merasakan.
Setidaknya ada 6 hal yang kerap berulang yang saya catat di setiap jalan cerita sinetron-sinetron yang seringkali sama—dan andaikata saya ditempatkan sebagai pengkritik dengan selera nyaris mencapai langit—atau dengan kata lain jika ada satu atau beberapa dari keenamnya masuk dalam unsur cerita satu produksi sinetron maka saya tak akan menggubrisnya, alih-alih tertarik menontonnya.Â
#1 Jurus 1.000 cara
Siapa yang tidak ingin kaya raya? Siapa yang tidak ingin punya uang banyak dengan atau tanpa diiringi status sosial terpandang di mata orang-orang?
Ya, demi harta atau warisan, beberapa orang—katanya—akan melakukan apapun, termasuk dengan melakukan tindakan kriminal atau parahnya dengan melenyapkan nyawa seseorang. Tapi, saban kali begini ya, gimana gitu?Â
Sudah sangat banyak sinetron menyajikan "gaya" bercerita seperti ini—dan pertanyaannya adalah:
apakah para rumah produksi tidak bosan mencekoki penonton dengan jalan cerita yang demikian?!
Ya, Tuhan.
#2 The good and the bad.