Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kafka dan Sebuah Pengakuan

1 September 2021   21:43 Diperbarui: 1 September 2021   22:11 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laki-laki dan keinginan terdalamnya. (Sumber: Pexel | Olya Prutskova) 

          Bukan—bukan Uli dan Marta atau ibunya—bahkan almarhum ayahnya—tidak tahu betapa sikapnya sangat manis sebagai seorang adik atau anak laki-laki. Kelewat manis malah. Ia pula cekatan dan sangat telaten. Resik pula di sana-sini dalam segala hal. Tapi, mereka tidak tahu jika ia sering mematut diri di hadapan cermin dan menyunggingkan senyum sejuta angan-angan.

          Mereka tidak tahu—dan tidak pernah tahu—apa yang menjadi keinginannya yang terdalam bahwa ia ingin sekali menjadi seorang perempuan!

          Ia sadar ia sudah panjang sabar. 

          Dua puluh sembilan tahun bukan waktu yang sebentar. Dan Tuhan sepertinya memberikan jalan itu melalui Nosa. Kafka sadar, ia butuh pendamping untuk ini. Lebih-lebih lagi Nosa adalah gadis yang cerdas, pilihannya dalam berkata-kata kadang diluar dugaan. Bukankah seorang psikolog memang harus demikian?

          Tetapi, mengapa Nosa dalam menemukan pasangan cenderung gagal? Jalan hidupnya begitukah? Kafka pernah bertanya-tanya soal ini.

          "Beranilah untuk jujur, Kafka."

          "Kau tahu, Nosa, orang dewasa terlalu berbakat berbohong sehingga seringkali berguru pada anak-anak kecil tentang kejujuran." aku Kafka dengan bijak.

          "Dan karena kau sangat mencintai ibumu, maka jangan berbohong lagi padanya," sahut Nosa. "Jika seperti yang kau ceritakan padaku selama ini tentang ibumu, aku meyakini ibumu bisa menerimanya." ia menambahkan.

          Kafka menatap Nosa datar. Lalu berkata, "tabunganku sudah lumayan cukup dan jika semua berjalan sesuai rencana, aku ingin memulai hidup...baru."

          Baru.

          Tidak mudah menyebutkan satu kata itu. Butuh kekuatan dan keteguhan hati untuk sekadar mengatakannya. Sesuatu yang baru yang salah satunya dapat pula diketahui kelak dari perubahan pada tubuhnya—ia akan mengubah semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun