Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kafka dan Sebuah Pengakuan

1 September 2021   21:43 Diperbarui: 1 September 2021   22:11 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laki-laki dan keinginan terdalamnya. (Sumber: Pexel | Olya Prutskova) 

          Sesungguhnya Kafka pun tak percaya Nosa menerima ajakan pertemuannya untuk kali pertama di resepsi pernikahan salah satu anak buahnya di kantor. Dari tempat kencan saja—yang sangat tidak dipersiapkan layaknya kencan pada umumnya, saking seringnya ia menelan kekecewaan terhadap apa yang ia cari selama ini—Kafka seolah antara niat dan tidak.

          Tapi, pesan singkat perihal tempat sudah terkirim, dan pantang baginya untuk menarik ulang keputusan yang dibuat—kecuali jika itu berhubungan dengan ibunya yang sangat ia sayangi. Baginya, jika pun Nosa tak datang hari itu, ia masih bisa bersenang-senang menikmati wedding garden bawahannya bersama undangan lain, termasuk rekan-rekan sekantor. Pesta itu dilakukan dengan undangan terbatas. 

          Namun, siapa sangka Nosa datang memenuhi undangan kencan!

          Gadis itu mengenakan atasan lengan pendek berwarna Abu-abu—yang dapat terlihat agak mengilat jika tertimpa sinar matahari atau lampu—dengan model rimpel di bagian pinggang yang berpadupadan dengan rok cokelat selutut yang terbuat dari kain batik. Penampilannya sangat anggun dengan pouch hitam dan sepatu kitten heel warna senada. 

          Rambut highlight berwarna burgundy gelap yang melewati bahunya sepadan dengan riasan wajahnya—suatu ketika setelah hari itu, Nosa baru memberitahu bahwa ia memang sengaja menyewa seorang make up artist demi memenuhi undangan kencan Kafka. Sesuatu yang justeru oleh Kafka sangat dikuasainya dengan baik sebenarnya. Nosa menyayangkan hal tersebut, andai saja ia mengenal Kafka lebih dulu, bisa dipastikan uangnya tidak harus berpindah tangan.

          Nosa adalah seorang gadis yang terbilang hati-hati membelanjakan uangnya.

          "Terima kasih, Nosa. Kau terlalu murah hati dan aku tidak tahu harus bagaimana membalasnya."

          Kafka sekarang berdiri tepat di samping Nosa yang pandangannya masih terbetot pada potret Uli dan Marta.

          "Kau hanya perlu jadi dirimu sendiri. Seutuhnya...," pungkas Nosa menoleh ke arah Kafka dengan nada suara senatural mungkin. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

          "Kepalaku sakit hari ini. Hema dan Dini berulah lagi," jawab Kafka sembari meletakkan gelas yang dipegangnya sedari tadi ke atas meja ruang tamu yang berbentuk bulat lalu kemudian menghenyakkan diri sembari menggulung lengan kemeja merah marunnya hingga siku.

          Tak benar-benar seperti yang dikatakannya, tepatnya. Kepalanya memang sakit—tetapi bukan yang sebenar-benarnya sakit. Kali ini Hema dan Dini hanya dijadikan alasan meskipun sebenarnya kedua bawahannya itu memang memiliki semacam kekesalan mereka masing-masing di antara mereka, dan tentu saja pernah membuat kepala Kafka sakit memikirkan tingkah keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun