Sayang boleh, itu diharuskan. Terlalu yang jangan.
Sehingga menerima apa adanya, tidak masuk dalam "konsep" saya—cinta itu bertumbuh; tidak hanya satu: saling.
Jangan mainkan pola cinta buta. Bahaya!
Oleh karenanya, semua orang akan—harus—kembali pada seni berkomunikasi dengan pemikiran yang dewasa terhadap pasangan untuk mengutarakan—sekali lagi—apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan agar hubungan langgeng tak cuma satu atau dua tahun ke depan.
#Jangan Disesali
Adalah sebuah keangkuhan—setidaknya bagi saya pribadi—jika ada yang mengolok-olok dengan berkata "menjalin hubungan sekian tahun, eh, ternyata, ngejagain jodoh orang".
Bukan begitu cara mainnya. Dengan mengamini olok-olok itu, seseorang sama saja menyesali setiap momen yang dilewatinya dengan pasangannya itu (baca: mantan).
Cukup orang lain yang jahat. Jangan kamu.
Sekalipun yang pernah menjadi pasangan itu tidak akan membersamai hingga akhir hayat—atau parahnya, justeru pada akhirnya ia bersama si partner cinta segitiganya, relakan. Meskipun itu jelas membutuhan waktu.
#Sebuah Jalan Ninja
Patah hati boleh, sakit hati—berkepanjangan—yang jangan; tak perlu membenci begitu rupa apalagi dendam. Cukup pandang sebagai pelajaran tentang bagaimana mengelola perasaan.