Saya penulis yang terbilang matre. Saya ogah menulis tanpa dibayar alias gratisan. Saya emoh menjadikan pihak-pihak tertentu berduit dari konten tulisan saya sementara saya cuma dapat nama yang mereka bilang beken (baca: karena bisa nampang nama untuk dilihat orang).
Saya tidak sepolos itu—oleh karenanya mutulisme itu penting.Â
Setidaknya itu sudah saya pratikkan dengan pekerjaan saya sekarang sebagai seorang gig worker.
Saya bukan anak seorang raja yang agung, bukan pula anak seorang imam besar (baca: sesuai dengan kalimat bijak Imam Al Ghazali) maka tak ada alasan saya untuk tidak berkarya dalam bentuk tulisan.
Perkara bagaimana orang lain berusaha mencerna dan memahaminya, itu saya kembalikan pada masing-masing dari mereka (baca: saya tidak ingin semata-mata membuat orang lain terkesima. Saya sudah menjadi idola dengan cara saya sendiri.)—meskipun saya tetap memiliki "gaya" tersendiri dalam menulis; formula ala saya.
Karena bagaimana pun juga gaya saya adalah identitas saya; personal branding saya—dan yang "mengenal" saya dengan baik tahu akan hal itu.
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H