Untuk tulisan yang sifatnya perlu khalayak tahu (baca: yang bertujuan memberikan informasi atau sejak awal saya maksudkan sifatnya persuasif), proses ini yang saya lakukan pertama kali.
Biasanya, langkah pertama, saya akan mind mapping terlebih dahulu dengan menuliskan apapun yang melintas dalam kepala yang mendukung tema "besar" yang saya buat—apapun itu—bahkan sekalipun itu sangat tidak masuk akal; saya akan menjadikannya dalam bentuk beberapa pointer yang saya buat di fitur notepad di komputer jinjing saya.
Saya punya alasan khusus mengapa tidak langsung mengetiknya di dokumen word. Itu saya lakukan karena saya tidak ingin terdistraksi dengan segala printilan tampilan fitur di dalamnya. Meskipun untuk sebagian orang tidak masuk akal, tetapi itulah yang saya rasakan.
Di notepad, saya bisa membuat pointer dengan cepat dan menjabarkannya tanpa merasa seperti di-"interupsi" (baca: merasa terdistraksi).Â
Namun, dokumen word tetap memegang peranan penting karena software ini adalah tempat saya memoles tampilannya agar lebih bagus lagi (baca: segala hal teknis yang mendukung menyoal tulisan akan lebih mudah saya dapatkan di word)—terutama editing paragraf.
Fyi, saya setiap hari sebenarnya menulis dengan tangan, namun biasanya ini saya lakukan untuk mencatat agenda atau jurnal keseharian saya (baca: layaknya semacam diary untuk saya). Sila cari sendiri manfaat menulis dengan tangan apa-apa saja, teknologi dewasa ini sudah terlalu memanjakan kita.
# Menulis adalah kunci pokoknya
Saya tidak akan menulis dengan njelimet sebagai tahap mengembangkan pointer yang saya buat. Saya menulis dengan hati—atau dengan kata lain saya tidak akan terlalu melibatkan aktivitas otak di sini karena itu akan punya porsinya sendiri nanti.
Pada proses ini pula, saya bisa meliarkan isi kepala saya, pun bisa menentukan apakah saya akan menggunakan diksi yang "terselubung" pada sebuah kalimat atau membiarkannya apa adanya saja. Pilihan untuk satire atau sarkas juga saya lakukan pada tahapan ini.
# Self editing yang bikin otak "keriting"