Perdagangan seperti lumpuh karena minimnya unagn beredar dalam masyarakat untuk trasaski harian terbatas sedangkan bisnis macet total.
Sistem trasaksi besar untuk keperluan bisnis tidak ada uang tersedia di bank, karena uang telah di berikan semua untuk pembayaran utang .
Maka tidak ada cara lain yaitu membuat pinjaman baru kepada badan finance dunia .
Penyediaan uang cash sangat kecil , perbankan akan mengalami kredit macet karena tidak terbayar oleh para kreditur .
Keuntungan dari trasaksi tidak dapat diharapkan , maka perbakan akan memperkecil cabang cabang mereka di seluruh negara . karena adaonkos oprasional yang harus di bayarkan pihak perbankan .
Bank central tidak dapat menjaminkan semua simpanan yang akan di cairkan secara besar , ini dibatasi karena akan akan ada keterbatasan dana di semua bank dalam negri .
Situasi darurat akan di sesuaikan untuk kebutuhan sehari hari rakyat saja .
Bila ada dana  Cadangan devisa per bulan september 2015 US$101.7 milyar dollar telah menyusut cukup besar untuk berbagai biaya yang harus dikeluarkan diantaranya melakukan intervensi terhadap nilai dolar amerika yang sempat menembus angka Rp14.800 sehingga turun Rp 13.250 , biaya pemadaman hutan juga menyedot dana devisa , nilainya sampai sekarang belum jelas , mampu atau tidak menutupi bayaran utang luar negri Indonsia ikemungkinan  juga tidak akan cukup sampai akhir tahun ini karena  di sektor lain perpajakan untuk menarik dana segar dari masyarakat hanya mencapai 64% saja, maka kecukupan biaya bayar utang kan semakin berkurang .
Sedangkan dana yang di keluarkan dalam negri akan cukup besar seperti dana tetap yang harus di keluarkan bagi pegawai negara , penyediaan sarana prasarana dll, dan berbagai ivent diantaranya pilkada secara nasional .
Industri sendiri telah mulai menurunkan produksi sampai 65% karena lemahnya daya beli dan tekanan upah gaji yang makin tinggi , artinya pajak tidak dapat di harapkan terlalu besar .
Tidak salah daya upaya sektorpajak semakin giat menarik pajak muali dari warteg sampai industri besar .