Mohon tunggu...
Kayetanus Kolo
Kayetanus Kolo Mohon Tunggu... Guru - Guru-Penulis

Sebagai seorang guru dan penulis, saya juga hoby menanam dan memelihara hewan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Liku-Liku Hidup di Kota Karang dari Ngekos hingga Memiliki Pondok Sendiri

9 Januari 2024   18:29 Diperbarui: 9 Januari 2024   19:07 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Tanus Korbaffo

Adelino de Almeida saat di Oekusi-Timor Leste kami sama-sama diangkat menjadi anak asuh Sr.Amanda, SSpS, ia sementara kuliah teknik di Unika Kupang. Pesan dari Sr.Amanda SSpS (Almh), saya diminta untuk sementara tinggal bersama Adelino Almeida di kontrakannya di RSS Liliba. 

Di Bulan Januari 2003, tepatnya 7 Januari dari Sainoni ke Kupang dan oleh Sr.Amanda, SSpS di minta untuk lansung bawa barang-barang ke kontrakannya Lino Almeida, sebuah bangunan sederhana di belakang kampus AKL, ujung jembatan Liliba menjadi hunian saya sementara.

Semenjak Januari 2003, jembatan Liliba dan bundaran PU menjadi saksi bisu perjalanan saya setiap pagi dan siang hari. Setiap Sabtu pagi barang kebutuhan saya sudah diantar oleh Suster Amanda ke kontrakan kami itu. 

Di Liliba saya bertemu dengan orang-orang sekampung, kakak Basel Kolo (alm) dan keluarganya, Tanta Maria Kolo dan Kel, serta beberapa orang dari Buk. Akhirnya masa kontrakan itu berakhir, ternyata Suster sudah menyiapkan tempat lain untuk kami, bangunan dua air milik Bpk.Niko Seran dan Mama Agnes di bilangan Perumnas Kota Kupang.

2. Menjadi Warga Perumnas Kota Kupang.

Sore itu, sebuah pik up membawa barang-barang kami ke sebuah rumah dua air yang baru selesai di bangun. Rumah dua kamar tidur itu milik Bpk.Niko Serang (Karyawan Suster-Suster SSpS Medeka Kupang). Semenjak saat itu saya menjadi warga perumnas- alamat yang paling kuingat sampai saat ini, adalah jln Batu Kristal. 

Di rumah itu saya tinggal bersama Adelino Almeida dan hampir setiap Minggu, entah Mama atau Kakak2 atau adik2 saya mengunjungi saya dan tinggal beberapa saat bersama saya.

Sarana transportasi saya setiap pagi dan siang ke dan pulang dari sekolah, orang Kupang bilang bemo lampu 11. Yang menarik bahwa hampir setiap hari saya di turunkan di strad A dan harus jalan kaki ke sekolah. Saat siang hari kalau tidak ada angkot lampu 11 yang melintas di depan kampus Unika saya harus jalan kaki ke Strad A. Situasi ini saya jalani selama satu tahun.

Tidak terasa 1 tahun hampir berlalu, oooo hampir lupa, di perumnas saya bertemu dengan saudara kami, Paulus Tasain Kolo bersama istrinya dari Sumba, dari sanalah kami hidup sebagai saudara.

3. Menjadi Umat KUB Sta. Roswita Gua Lordez-Paroki Naikoten

sumber gambar: Tanus Korbaffo
sumber gambar: Tanus Korbaffo
 Sebuah lorong masuk yang kelewati selama hampir 8 tahun setiap hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun