Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana, Presiden Jokowi, dan Omong Kosong

4 November 2022   16:06 Diperbarui: 4 November 2022   16:14 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap individu pasti memiliki kelebihan dan keunikan sendiri. Tidak perlu menjadi seperti siapa. Demikian juga dalam hal menulis.

Sekitar dua tahunan ini eksis menulis tentang omong kosong berawal dari ide yang muncul seketika. Lama-lama terasa nyaman. Kemudian saya baru sadar ternyata cukup banyak juga tulisan lama saya yang berbau "omong kosong".

Sebelumnya pernah menulis seri "Si Kate dengan HP Kesayangannya" dan ada ide menulis seri "Menertawakan Diri Sendiri".

Pernah suatu waktu menantang diri sendiri konsisten menulis  judul dengan satu kata. Pernah juga hendak mendalami puisi pendek Haiku. Mencoba menulis diari yang gaya obrolan, menulis cerpen. Dll.

Setelah mencoba, pada akhirnya lebih banyak menulis puisi tentang omong kosong yang sangat menantang dan membuat nyaman. Padahal saya termasuk yang tidak suka puisi sebelumnya. Kecuali menulis puisi-puisi cinta picisan semasa remaja.

Ada hal yang paling berbeda saat ini dengan sebelumnya. Apabila sebelumnya menulis itu seakan untuk kejar tayang dan embel-embel terpopuler atau nilai tertinggi. Oleh sebab itu rada-rada  risih bila kembali membacanya. Banyak sekali kesalahan eja dan penggunaan kata.

Sementara saat ini selesai menulis tidak langsung menayangkan. Dibaca kembali sampai berkali-kali. Ibarat buah itu diperam dahulu sampai matang. Itupun masih bisa ada yang salah. Paling tidak sudah mencoba yang terbaik.

Yang paling utama tujuannya adalah untuk menjaga rasa. Ibarat menjual makanan untuk meyakinkan rasanya sudah pas, maka  diri sendiri yang merasakan dahulu. 

Tentu semua perlu proses. Masing-masing punya perjalanannya untuk mencapai tujuan. Seperti menulis omong kosong, agar hidup tidak menjadi kosong. Becermin dan berefleksi melalui setiap kata. 

Saya menulis dengan bahagia, berharap yang membaca pun bahagia. Berharap kata-kata yang ada bisa menjadi percikan cahaya.

@diari, 04 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun