Mau mengerjai polisi, malah kena batunya dilaporkan ke polisi. Kenapa begini?
Inilah yang terjadi pada diri Baim Wong yang sedang terkena masalah sebagai kreator konten di YouTube. Ibarat senjata makan tuan.Â
Apa sedang kehilangan ide atau mau anggap sepele, sehingga polisi pun jadi kejailan Baim bersama istrinya, Paula?
Soal kejailan  bisa menghinggapi siapa saja. Yang jadi pembeda ada segera mewujudkan jadi nyata atau sebatas hadir dalam pikiran.
Beginilah zaman, kejailan justru bisa mendatangkan keuntungan. Kejailan menjadi sebuah konten tak peduli bermanfaat atau tidak.Â
Demi mencari keuntungan nama dan materi. Sekadar menghadirkan tontonan, tanpa tuntunan.Â
Bilangnya untuk menghibur. Apa lacur kadang dengan hati nurani terkubur.
Bikin acara yang hanya berisi kejailan. Yang selama ini kita kenal sebagai prank.Â
Sialnya penonton yang sudah kehilangan rasa pun ikut tertawa terbahak-bahak. Menertawakan penderitaan orang lain tanpa merasa bersalah. Apa namanya?
Dunia oh dunia. Lagi-lagi atas nama kebebasan dan kreativitas. Ya, kebebasan dan kreativitas tanpa rasa.Â
Sekali lagi, sialnya tetap masih banyak yang suka menonton dan tertawa puas. Buktinya acara begini tetap dibuat. Artinya masih ada penikmatnya. Kalau penonton sudah muak, sehingga tidak ada yang melirik tentu acara model begini tiada lagi.
Sebenarnya yang salah atau kehilangan rasa itu siapa?
Yang satu tetap menikmati alasannya karena ada yang menyajikan. Satu lagi alasannya menyajikan karena ada penikmatnya.Â
Beginilah bila akal sehat terbelakang, selalu ada pembenaran untuk mencari kambing hitam. Seakan dirinya adalah kambing putih tanpa noda.
Dunia oh dunia. Aku pun tak lepas menjadi  salah satunya makhluk yang hidup dalam pembenaran atas segala kesalahan.
Ketika jatuh dalam kesalahan, setelah pembenaran belum menyelesaikan masalah, pilihannya adalah meminta maaf. Biasanya menjadi jurus sakti.
Apakah ini karena kesadaran atau cara untuk membela diri yang aman?
Kadang maaf hanya omong kosong demi untuk menyelesaikan masalah, Â agar terhindar dari hukuman. Maaf, kalau nanti terulang kembali.
Apakah begitu?
Namun, sekarang orang mulai melek hukum. Minta maaf silakan, urusan hukum tetap jalan. Agar maaf bukan sekadar jadi omong kosong. Karena juga harus ikhlas menerima akibatnya.
Seperti yang dialami Roy Suryo. Tokoh yang aktif di media sosial. Yang dianggap atau diduga melakukan penistaan agama. Maaf diterima, siap-siap juga menerima hukuman di depan mata.
Hidup tak lepas dari sebab akibat. Baik atau buruk, ikhlas atau tidak,  tetap harus menerima. Karena semua adalah atas  ulah sendiri.Â
Maaf bukan obat penawar atau menyogok akibat yang akan diterima. Namun adalah rasa penyesalan. Tekad untuk tidak mengulangi kesalahan.Â
Maaf adalah buah dari pertobatan. Kalau itu melakukan dengan khlas dan setulus hati.
Kata "maaf" bisa ibarat sebutir berlian, bisa juga bagaikan nasi basi yang dibuang ke tong sampah.Â
Mau meminta maaf adalah hal yang mulia, bisa lebih mulia lagi bila ikhlas menerima kesalahan. Bisa juga sekadar omong kosong dan itu adalah menista kata "maaf".
@cermindiri, 06 Oktober 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H