Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baim Wong dan Omong Kosong

22 Oktober 2022   17:34 Diperbarui: 22 Oktober 2022   17:56 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau mengerjai polisi, malah kena batunya dilaporkan ke polisi. Kenapa begini?

Inilah yang terjadi pada diri Baim Wong yang sedang terkena masalah sebagai kreator konten di YouTube. Ibarat senjata makan tuan. 

Apa sedang kehilangan ide atau mau anggap sepele, sehingga polisi pun jadi kejailan Baim bersama istrinya, Paula?

Soal kejailan  bisa menghinggapi siapa saja. Yang jadi pembeda ada segera mewujudkan jadi nyata atau sebatas hadir dalam pikiran.

Beginilah zaman, kejailan justru bisa mendatangkan keuntungan. Kejailan menjadi sebuah konten tak peduli bermanfaat atau tidak. 

Demi mencari keuntungan nama dan materi. Sekadar menghadirkan tontonan, tanpa tuntunan. 

Bilangnya untuk menghibur. Apa lacur kadang dengan hati nurani terkubur.

Bikin acara yang hanya berisi kejailan. Yang selama ini kita kenal sebagai prank. 

Sialnya penonton yang sudah kehilangan rasa pun ikut tertawa terbahak-bahak. Menertawakan penderitaan orang lain tanpa merasa bersalah. Apa namanya?

Dunia oh dunia. Lagi-lagi atas nama kebebasan dan kreativitas. Ya, kebebasan dan kreativitas tanpa rasa. 

Sekali lagi, sialnya tetap masih banyak yang suka menonton dan tertawa puas. Buktinya acara begini tetap dibuat. Artinya masih ada penikmatnya. Kalau penonton sudah muak, sehingga tidak ada yang melirik tentu acara model begini tiada lagi.

Sebenarnya yang salah atau kehilangan rasa itu siapa?

Yang satu tetap menikmati alasannya karena ada yang menyajikan. Satu lagi alasannya menyajikan karena ada penikmatnya. 

Beginilah bila akal sehat terbelakang, selalu ada pembenaran untuk mencari kambing hitam. Seakan dirinya adalah kambing putih tanpa noda.

Dunia oh dunia. Aku pun tak lepas menjadi  salah satunya makhluk yang hidup dalam pembenaran atas segala kesalahan.

Ketika jatuh dalam kesalahan, setelah pembenaran belum menyelesaikan masalah, pilihannya adalah meminta maaf. Biasanya menjadi jurus sakti.

Apakah ini karena kesadaran atau cara untuk membela diri yang aman?

Kadang maaf hanya omong kosong demi untuk menyelesaikan masalah,  agar terhindar dari hukuman. Maaf, kalau nanti terulang kembali.

Apakah begitu?

Namun, sekarang orang mulai melek hukum. Minta maaf silakan, urusan hukum tetap jalan. Agar maaf bukan sekadar jadi omong kosong. Karena juga harus ikhlas menerima akibatnya.

Seperti yang dialami Roy Suryo. Tokoh yang aktif di media sosial. Yang dianggap atau diduga melakukan penistaan agama. Maaf diterima, siap-siap juga menerima hukuman di depan mata.

Hidup tak lepas dari sebab akibat. Baik atau buruk, ikhlas atau tidak,  tetap harus menerima. Karena semua adalah atas  ulah sendiri. 

Maaf bukan obat penawar atau menyogok akibat yang akan diterima. Namun adalah rasa penyesalan. Tekad untuk tidak mengulangi kesalahan. 

Maaf adalah buah dari pertobatan. Kalau itu melakukan dengan khlas dan setulus hati.

Kata "maaf" bisa ibarat sebutir berlian, bisa juga bagaikan nasi basi yang dibuang ke tong sampah. 

Mau meminta maaf adalah hal yang mulia, bisa lebih mulia lagi bila ikhlas menerima kesalahan. Bisa juga sekadar omong kosong dan itu adalah menista kata "maaf".

@cermindiri, 06 Oktober 2022 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun