Yang satu tetap menikmati alasannya karena ada yang menyajikan. Satu lagi alasannya menyajikan karena ada penikmatnya.Â
Beginilah bila akal sehat terbelakang, selalu ada pembenaran untuk mencari kambing hitam. Seakan dirinya adalah kambing putih tanpa noda.
Dunia oh dunia. Aku pun tak lepas menjadi  salah satunya makhluk yang hidup dalam pembenaran atas segala kesalahan.
Ketika jatuh dalam kesalahan, setelah pembenaran belum menyelesaikan masalah, pilihannya adalah meminta maaf. Biasanya menjadi jurus sakti.
Apakah ini karena kesadaran atau cara untuk membela diri yang aman?
Kadang maaf hanya omong kosong demi untuk menyelesaikan masalah, Â agar terhindar dari hukuman. Maaf, kalau nanti terulang kembali.
Apakah begitu?
Namun, sekarang orang mulai melek hukum. Minta maaf silakan, urusan hukum tetap jalan. Agar maaf bukan sekadar jadi omong kosong. Karena juga harus ikhlas menerima akibatnya.
Seperti yang dialami Roy Suryo. Tokoh yang aktif di media sosial. Yang dianggap atau diduga melakukan penistaan agama. Maaf diterima, siap-siap juga menerima hukuman di depan mata.
Hidup tak lepas dari sebab akibat. Baik atau buruk, ikhlas atau tidak,  tetap harus menerima. Karena semua adalah atas  ulah sendiri.Â
Maaf bukan obat penawar atau menyogok akibat yang akan diterima. Namun adalah rasa penyesalan. Tekad untuk tidak mengulangi kesalahan.Â