Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Chee Hoi Lan dan Rohana Abdullah

6 Februari 2022   18:39 Diperbarui: 6 Februari 2022   18:42 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari postwrap/katedrarajawen 

Nilai hidup yang sesungguhnya apabila ada sikap mau saling menghormati dengan tulus, walaupun berbeda agama, suku bangsa, dan budaya. Nilai hidup atas nama kemanusiaan. 

Seorang wanita  bernama Chee Hoi Lan telah mewujudkan dalam hidupnya, bukan dengan omong kosong. Menjadi cermin yang sangat indah. 

Berbeda bukan berarti saling memusuhi dan tak peduli. Karena sejatinya kita semua sama-sama manusia dari Sang Pencipta yang sama.

Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah video yang ada dalam grup perpesanan  WhatsApp yang saya ikuti. Awalnya iseng saja buka. Penasaran. 

Beritanya sempat viral di Malaysia dan kemudian juga di Indonesia. Di mana sampai menarik perhatian Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Malaysia,  Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob dan Datuk Seri Hamzah Zainudin. 

Kisah seorang wanita bernama Rohana Abdullah, 22 tahun yang sejak 2016  berjuang untuk mendapat surat identitas sebagai warga  negara Malaysia yang belum juga membuahkan hasil karena tak memiliki kelengkapan surat yang diperlukan. 

Selama ini Rohana tidak memiliki dokumen identitas apapun, sehingga mengalami kesulitan untuk bersekolah atau bekerja karena tidak dianggap sebagai warga negara. 

Sejak umur 2 bulan ia sudah ditinggal ibunya seorang TKI yang harus pulang ke Indonesia karena masalah izin tinggal sudah habis. Sementara ayahnya yang orang setempat tidak jelas keberadaannya sampai saat ini. 

Rohana anak yang dilahirkan tanpa mendapat asuhan dari orangtua kandungnya. Akibat orangtua tak bertanggung jawab, sebagai anak yang harus menanggung akibat. 

Beruntung  Rohana diasuh oleh seorang wanita baik hati  bernama Chee Hoi Lan, guru di tempat ibu Rohana yang  bekerja sebagai petugas kebersihan saat itu. 

Pertama menonton saya tidak begitu tertarik. Berita biasa. Entah mengapa saya mencoba tetap menonton. Sekali lagi, penasaran. 

Ketika terus menonton spontan air mata ini meleleh. Tanpa tertahan lagi. Padahal saat menonton kondisi di sekitar saya agak berisik. Penasaran saya putar kembali. 

Setelah menonton beberapa kali pun saya merasakan keharuan yang sama. Mewek. 

Ada apa gerangan?

Bukan pada perjuangan Rohana untuk memiliki status sebagai seorang warga negara, tetapi pada ketulusan Bu Chee Hoi Lan yang mengasuhnya sejak bayi. Nilai kemanusiaan dan kasih sayang antara dua anak manusia. Tanpa batas. 

Saya salut dan hormat kepada beliau yang memperlakukan Rohana layaknya anak sendiri tanpa memaksa harus mengikuti budaya dan agamanya. Karena ia sadar Rohana lahir dari seorang wanita muslim yang berasal dari Indonesia. Bu Hoi Lan sendiri, jelas orang Tionghoa dan bukan muslim. 

Sungguh toleransi tingkat tinggi yang menyentuh hati. Bu Hoi Lan membesarkan Rohana penuh cinta dan kasih sayang tanpa batas. Tidak melihat Rohana sebagai anak kandung seorang petugas kebersihan, berbeda agama, dan suku bangsa. 

Sikap ini yang mengundang rasa haru dan  hormat dari seorang Perdana Menteri Malaysia. Ismail Sabri menyampaikan rasa terima kasih karena Bu Hoi Lan telah menjaga dan membesarkan Rohana dengan penuh kasih sayang sebagaimana anak sendiri. 

Bila ego yang berbicara adalah hal yang wajar bisa Bu Hoi Lan membesarkan Rohana dengan budaya dan agama yang dianutnya. Karena ia yang membesarkan Rohana sejak bayi. Tentu saja belum tahu apa-apa dan akan menurut apa saja yang diajarkan orang yang mengasuhnya. 

Saya pikiran kebanyakan orang akan melakukan hal ini. Tentu bukan hal yang omong kosong bila terjadi. Apalagi sudah dianggap sebagai anak sendiri tentu akan mendidik sesuai budaya dan agamanya tanpa perlu paksaan. 

Namun, Bu Hoi Lan tidak melakukan hal ini. Ia justru memasukkan Rohana ke sekolah sesuai agama yang dianut orangtua kandungnya. Ia ingin Rohana belajar agama sebagai seorang muslim. 

Bu Hoi Lan juga memastikan makanan yang ia berikan kepada Rohana adalah makanan halal bagi seorang muslim. 

Saya yakin apa yang dilakukan Bu Hoi Lan omong kosong setiap orang sanggup melakukan. Di mana lebih banyak ego  menjadi raja yang berkuasa.

Inilah wujud sejati kehidupan. Cinta dan kasih tanpa batas. Tanpa dikuasai keegoan. 

Benar-benar cermin bagi kita yang hendak belajar tentang toleransi dan kasih di zaman ego  yang merajalela ini. 

Seperti kita tahu ada yang bukan hanya beda agama dengan agama yang sama saja karena beda pandangan kehilangan rasa hormat dan kasih sayang. Miris sekali. 

Tak heran apa yang dilakukan Bu Hoi Lan menjadi viral bukan hanya di Malaysia, tetapi juga di Indonesia. Karena memang sangat menyentuh perasaan dan jiwa. Tentu bagi mereka yang masih memiliki perasaan  dan kelembutan hati. 

@cermindiri, 23 Januari 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun