Semakin kita menolak kebenaran  yang ada akan semakin menderita. Takdir kematian adalah kenyataan hidup. Begitu pula dengan kesedihan dan kebahagiaan. Dalam hal ini kita juga mesti belajar ikhlas menerima apa adanya.Â
Apabila bisa ikhlas menerima akan menjadi lega, sehingga tidak menjadi beban derita yang menyiksa. Tidak ada seorang pun menghindari takdir ini, meskipun memiliki kekayaan berlimpah dan kekuasaan tertinggi di dunia. Tidak ada.Â
Apapun yang telah terjadi adalah seharusnya terjadi. Menyesali pun tiada guna lagi. Mengapa kita tidak memilih  dengan ikhlas menerima semua ini?Â
Jangan Ada Penyesalan yang Berlebihan
Salah satu yang menjadi beban penderitaan adalah adanya rasa penyesalan karena perasaan bersalah atau belum memberikan yang terbaik semasa orang yang kita cintai masih hidup.Â
Ini pula yang saya rasakan. Apabila terpaku dalam penyesalan berkepanjangan hanya akan menyiksa diri. Ini sebenarnya adalah takberarti. Bukankah tak seharusnya terjadi?Â
Penyesalan dengan air mata sepanjang waktu adalah kebodohan. Karena tidak ada gunanya lagi. Waktu tidak mungkin akan berputar kembali.Â
Lebih baik kita mulai menata diri, agar penyesalan yang ada tidak terulang kembali. Semua yang terjadi benar-benar untuk menjadi cermin diri, sehingga hidup selalu dalam introspeksi.Â
Apa yang terjadi adalah urusan masa lalu. Bila ada penyesalan itu hanya akan menjadi beban. Apa guna hari ini memikul masa lalu?Â
Yang pasti banyak akan menyiksa dan menjadikan diri menderita.Â
Mendoakan dan Melimpahkan KebaikanÂ
Saat kehilangan orang yang dicintai, secara normal dan akal sehat pasti tidak ada yang bersedia ikut menemani. Paling hanya merasa kehilangan dan meratapi dalam kesepian.Â
Cara  yang paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan berdoa atau membacakan ayat-ayat suci. Hal ini  bukannya hanya membawa ketenangan bagi diri sendiri, tetapi orang yang telah pergi. Karena setiap doa pasti memiliki energi yang tak terbatasi oleh ruang dan waktu.Â