Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Jurus Mengatasi Kehilangan Orang yang Dicintai

10 Januari 2022   07:11 Diperbarui: 10 Januari 2022   07:12 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah merasakan kehilangan orang yang dicintai?

Pada waktunya semua orang akan mengalami peristiwa ini. Hari ini atau nanti. Pasti. 

Seorang teman ketika mengalami kehilangan orang yang dicintai harus berlinang air mata sampai berhari-hari seakan tak rela Papanya telah   pergi dari dunia ini. 

Bahkan berbulan-bulan sampai tahunan masih merasakan sulit melupakan dan masih terus memendam sedih yang seakan sulit diakhiri. 

Segala rasa bercampur jadi satu. Ada penyesalan dan ketakrelaan. Semua rasa yang ada jadi menyiksa. 

Selama ini saya mencoba menghibur dan memberikan masukan, agar pikirannya terbuka. Kesedihan boleh ada, hanya jangan berlebihan. Tidak boleh  terpaku pada kesedihan terlalu lama. 

Sekian lama berlalu dan kini saya sendiri merasakan kehilangan yang sama. Kepergian Papa untuk selamanya. 

Saat sakit-sakitan mulai timbul rasa khawatir dan ketakutan akan kehilangan. Apalagi usia juga sudah mencapai 80 tahun. Tetap saja berusaha dan berdoa, agar dipanjangkan usia. Walaupun beliau sudah pernah berpesan anak-anak untuk siap menerima kenyataan. 

Bagaimanapun masih ada rasa tak rela harus kehilangan. Apalagi masih merasa belum berbuat yang terbaik untuk beliau selama ini. 

Akhirnya memang takbisa melawan takdir dan harus menerima kenyataan. Ada rasa sedih mendalam, tetapi berusaha merelakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun