Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan Orang Lain Jadi Omong Kosong Saja

6 Agustus 2021   23:03 Diperbarui: 6 Agustus 2021   23:04 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:postwrap /cartoonpictures 

Acap kali kita bangga dengan perbuatan baik orang lain dan menjadikan sebagai bahan omongan, tetapi kita sendiri bergeming untuk berbuat hal yang sama. 

Membantu orang lain itu hal yang mudah, yang susah itu mengawali dengan kemauan.

Sore itu anak saya sedang berkumpul dengan beberapa kemenakan  di teras rumah mertua di Lampung. Jarang  ada kesempatan untuk bisa berkumpul seperti ini. 

Entah apa yang mereka mainkan. Sebagai orang generasi tua tak begitu paham. Saya hanya bisa senang melihat kebersamaan mereka. 

Tiba-tiba saya melihat anak saya yang kini masih bersekolah di SMK berlari ke arah jalan raya. Apa gerangan yang terjadi? 

Rupanya ia hendak membantu seseorang yang bawaannya terjatuh dari motor. 

Melihat kejadian ini seorang tamu berkomentar, "Anak ini baik. Anak siapa ya?" 

Saya menahan diri untuk berkomentar. Diam-diam saja merasa bangga dan berbisik dalam hati, "Anak siapa lagi? Anak saya dong."

Ia menambahkan komentarnya, "Coba direkam. Bisa viral dan jadi inspirasi ini."

Saya masih tetap terpaku dan menahan diri untuk menanggapi. Saya masih terpesona melihat dan menikmati rasa bangga dengan apa yang dilakukan  anak sendiri. 

Saya sampai lupa diri dan hanya bisa melihat kejadiannya tanpa tergerak untuk membantu. Kurang ajar ini. 

Anak sendiri  bisa dengan mudah mau membantu orang, bapaknya sendiri cuma bisa bangga. Bukannya ikut membantu. Kenapa tidak malu? 

Begini. Sebenarnya mau menjelaskan, tetapi nanti paling dianggap sebagai pembelaan diri. Tak usahlah. Tahan diri  lagi. Lebih baik buat introspeksi diri dan sebagai pembelajaran. 

Markimak. Mari kita simak. 

Apakah itu? 

  • Berbuat baik itu jangan banyak pertimbangan.

  • Jadilah yang pertama. 

  • Spontanitas dalam berbuat baik. 

  • Perbuatan baik orang lain bukan hanya jadi omongan. 

Kalau dipikir-pikir selama ini kita hendak berbuat baik itu terlalu banyak pikir. Setelah pikir ini dan itu malah tidak jadi melakukan. Momentumnya sudah lewat. Eh malah bersyukur. 

Bisa juga karena terlalu banyak pertimbangan akhirnya orang lain yang membantu lebih dahulu. Hilanglah kesempatan baik di depan mata jadi orang baik, malah tidak menyesal. 

Sejatinya jadilah orang pertama menolong seseorang yang 0k  membutuhkan. Bukan malah membuang kesempatan dengan melihat kiri kanan menunggu giliran paling belakang. Jadi ingat diri sendiri. 

Kebanyakan pertimbangan membuat apa yang kita perbuat bukan spontanitas lagi sehingga ketulusannya patut dipertanyakan. 

Acap kali banyak kesempatan di depan mata untuk kita menjadi orang baik. Namun dengan tanpa merasa bersalah kita membuang kesempatan itu dengan sekian banyak alasan dan pembelaan diri. 

Sebenarnya begitu mudahnya kita berbuat baik ketika ada yang membutuhkan. Yang menjadikan susah itu  kita merasa tidak membutuhkan untuk berbuat baik karena sudah merasa orang baik. 

Jadi, baik-baik saja bila tidak melakukan hal baik di depan mata. 


Kita berpikir untuk apa berbuat baik lagi bila hidup sudah baik-baik.  Terlalu merepotkan kalau sering berbuat baik karena akan banyak kebaikan yang harus dilakukan lagi. Tidak akan habis. 

Apabila orang tahu kita orang yang suka berbuat baik maka akan sering dicari-cari untuk diminta pertolongan. Repot, kan? 

Berpikir lagi yang penting sudah pernah melakukan hal baik dan tahu berbuat baik itu baik. Bukankah ini sudah baik? 

Akhirnya perbuatan baik itu sekadar jadi omong kosong. Orang lain berbuat baik hanya dijadikan omongan dan cukup merasa bangga dengan kebaikan orang lain. 

Ya, seperti saya ini. Anaknya bergegas menolong orang lain bapaknya bergeming  dan hanya melihat dalam rasa bangga. Dasar tukang omong kosong. 

@cermindiri 06 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun