Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyembuhkan Diri dari Keputusasaan dengan Menulis

14 Oktober 2020   20:23 Diperbarui: 15 Oktober 2020   23:36 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Canva/katedrarajawen


Katedrarajawen _Kekuatan menulis itu luar biasa. Hari ini saya masih  menulis karena berawal dari rasa putus asa.

Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya berjalan baik-baik saja. Penuh keceriaan dan segala kebutuhan terpenuhi.

Namun apa yang kita harapkan belum tentu akan menjadi kenyataan. Bahkan tak jarang bertolak belakang dengan harapan  yang ada. Kecewa. Pasti. 

Begitu pula perjalanan hidup anak manusia seperti yang saya alami. Kala itu. Waktu yang sudah  lama berlalu. Saat masih kerja di Majalengka, Jawa Barat. 

Saya terombang-ambing dalam kehilangan gairah untuk menjalani hidup. Otak kosong. Hati melompong, hanya bisa bengong. 

Karena berbagai masalah jadi satu. Keluarga dan pekerjaan. Kondisi ekonomi yang tidak ada perubahan. Saat itu saya merasa tidak siap menghadapi keadaan. 

Hidup seakan tiada arti. Bermunculan perasaan ingin bunuh diri. Benar-benar tiada tujuan lagi. Kehilangan arah. 

Mencoba membaca buku motivasi, Sekadar memegang, tetapi membacanya tak jadi. Tiba-tiba kehilangan motivasi. Berusaha meraih kitab suci, hal yang sama terjadi kembali. 

Hampa sekali. Biasanya kalau lihat Luna Maya, mata langsung segar bergelora. Yang terjadi tetap sayu takada selera. Luna Maya jadi lu payah. 

Apa yang terjadi tidak pernah saya bercerita. Apalagi soal Luna itu. Semua saya simpan sendiri. Kebetulan saat itu saya kerja di luar kota. Tentu jauh dari keluarga. 

Hari berlalu dalam kebingungan. Dengan sisa akal sehat yang masih ada, saya mencoba memompa semangat diri sendiri. 

Hal yang saya lakukan dengan mengatakan bahwa saya boleh kehilangan segalanya dan tak punya apa-apa, tetapi jangan sampai kehilangan HARAPAN. 

Hari berganti bulan menjalani hidup dalam kepura-puraan yang hampa. Bisa tersenyum di bibir, tetapi berbeban berat di pikiran. Hari terasa panjang dilalui. Sekadar bertahan dalam harapan. 

Sampai akhirnya ada bisikan lembut. Menulislah. Ya, menulis. Selama ini  sebenarnya suka menulis. Memang hanya catatan pendek atau buku harian dan sudah lama berhenti. 

Bisikan walau terasa lembut di telinga, tetapi menggelegar di jiwa. Hadir senyuman dan gairah. 

Saya harus mulai menulis lagi, itulah tekad yang ada waktu itu. Menulis pun baru di buku catatan atau di kertas HVS. Belum mengenal Internet. Masih gaptek. 

Setiap hari saya menulis. Tentu tulisan untuk memotivasi diri. Ternyata tidak mudah. Selembar buku itu kadang yang jadi tulisan hanya beberapa baris. Karena lebih banyak coretannya. 

Barulah kemudian saya belajar membuat  blog yang saya beri nama "Catatan@Seorang Pemenang". Mengapa? 

Karena perlahan saya merasa sudah menjadi seorang pemenang atas masalah keputusasaan selama ini. Saya bisa bangkit kembali dengan menulis. Timbul gairah yang luar biasa. 

Oleh sebab itu, tiga tahun lebih saya terus menulis tanpa jeda satu hari pun. Dalam kondisi normal, membayangkan saja tidak sanggup rasanya. Namun nyatanya bisa. 

Setelah menjadi pemenang melalui tulisan atas masalah kehidupan yang saya hadapi, kemudian saya mengganti moto menjadi @refleksihatimenerangidiri. 

Kata-kata yang tertulis bagaikan cahaya menerangi jalan hidup saya yang sesungguhnya masih berjingkat-jingkat dalam kegelapan dunia ini. 

Karena memang dengan menulis menjadi cara saya menerangi diri. Bagi saya setiap kata yang ada acap kali mengalir begitu saja tanpa terpikirkan. 

Begitu jadi malah bingung sendiri. Apa benar ini saya yang menulis? Yang saya yakini ini adalah cara diri saya yang sejati mengajari diri saya yang masih penuh kesalahan ini. 

Saya berani mengatakan, bahwa dengan menulis ini entah berapa banyak penderitaan yang saya lalui berganti sukacita. 

Ada orang mengatakan, bawah setelah menulis ada kelegaan. Karena sudah bisa menuangkan isi hatinya. Saya justru sebaliknya, setelah membaca apa yang saya tulis maka terasa ada kelegaan.

Jadi, tidak salah kalau saya menganggap  menulis itu adalah cara  untuk mengajari diri sendiri dan sebagai cara untuk bercermin. 

Oleh sebab itu, saya berusaha  tidak akan menulis hal yang  berenergi negatif atau pesimis sebagai cara untuk menjaga mental tetap positif. 

@inspirasimenulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun