Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saldo Kebaikan

4 Juli 2020   16:35 Diperbarui: 5 Juli 2020   00:15 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar :Canva /katedrarajawen


 

Katedrarajawen _Lebih penting punya  banyak saldo di bank atau saldo kebaikan? 

Jawabannya bisa juga dengan pertanyaan lagi. Lebih sering cek saldo rekening bank atau saldo kebaikan? 

Kalau saya, sepertinya lebih sering cek rekening bank. Apalagi pas menjelang akhir bulan. Tengah malam sebelum tidur. Cek. Kalau masih kosong, pagi-pagi cek lagi. 

Kalau saldo kebaikan. Tidak sepenting saldo rekening. Tidak berlaku buat bayar utang. 

Secara umum kita memang lebih melekat pada keduniawian. Tidak usah ragu. Pastilah memilih punya banyak saldo di rekening bank. Supaya dapur bisa ngebul. Itu kan yang paling penting. 

Selain itu bisa buat beli kebutuhan hidup lainnya. Bisa buat jalan - jalan. Bisa hidup enak. Senang-senang. Beli rumah. Mobil. 

Kali-kali juga buat punya istri muda lagi. Ini berhubung yang nulis pria. Kalau wanita paling buat belanja sepuas. Tidak mungkin buat punya suami muda, bukan? 

Kalau yang sedikit cerdas dan bijak. Pilih punya saldo tabungan banyak. Karena bisa dijadikan saldo kebaikan. Sisakan sekian persen setiap bulan. Sumbang sana, sumbang sini. Menolong orang kesusahan. 

Dalam pikiran kita. Saldo tabungan bukan hanya penting. Tetapi genting pula. Apalagi masih ada tanggungan anak. Masih banyak kebutuhannya. Tidak punya saldo tabungan hidup bisa berantakan. 

Saldo kebaikan penting juga. Namun tidak mendesak. Kalau hanya punya saldo kebaikan, memangnya bisa buat beli makanan? 

Ya tidak. Itu kalau logika. Pakai kepintaran. Sebenarnya. Saya sudah membuktikan. Namun pembuktiannya di akhir tulisan saja. Biar penasaran. Mudah-mudahan sih lupa. 

Sebaliknya punya saldo tabungan bisa buat makan enak. Tidak punya saldo kebaikan toh hidupnya juga baik-baik saja. Tidak ada masalah. 

Jadi yang maha penting itu  punya saldo tabungan. Kalau tabungan kebaikan nantilah. Kalau ingat. 

Karena itu wajarlah bila kita lebih khawatir tidak punya saldo tabungan daripada saldo kebaikan. Buktinya, apabila mau dihitung-hitung. Saldonya malah banyak minusnya. 

Orang arif bijaksana mengatakan, bahwa hidup ini harus seimbang. Rohani dan duniawi. 

Bila dihubungkan dengan topik ini, artinya saldo rekening bank dan saldo kebaikan itu sama-sama penting dan genting. Seimbang. 

Saldo rekening bank buat bekal hidup di dunia. Sementara saldo kebaikan buat bekal kehidupan selanjutnya. Anggap saja yang baca semuanya beragama. Jadi paham. 

Benar paham ya? Ya sudahlah selesai. 

Sepertinya ada yang mengacungkan tangan. Tenang. Janji harus ditepati. 

Alkisah pada suatu kala. Waktu itu masih muda, ganteng punya pekerjaan lumayan. Banyak pula wanita yang naksir. Katanya mirip Andy Lau. 

Tiba-tiba saya memutuskan untuk meninggalkan semua itu. Sepenuhnya hidup di jalan kebaikan. Melayani. 

Ini karena hatinya lagi tulus. Disuruh pikir-pikir lagi. Tidak mempan. Masalah ini urusan hati. Tidak bisa bisa pakai pikiran. 

Baik jagoan. Tidak ada saldo tabungan. Tidak berpikir nanti bagaimana? Maju jalan. 

Terbukti. Walau tidak punya saldo tabungan. Tetapi bisa makan enak di mana-mana. Kalau lagi ada tugas ke luar kota. 

Baru sampai saja sudah disediakan makanan. Mau pulang masih dibekali lagi. Coba. Tidak pernah kelaparan. 

Mau ke mana-mana tidak usah pakai ongkos. Ada yang mengantar. Sampai bandara, sudah ada yang menjemput. Semua itu tidak perlu pakai uang.

Segala kebutuhan sehari-hari, pakaian dan lainnya. Tidak pernah beli. Semua sudah tersedia. Saya yakin itu karena dalam rangka menjalankan kebaikan. 

Jadi kesimpulannya? Baiklah, begitu saja, saudara-saudaraku. 

@cermindiri 

# Inspirasi tulisan setelah berkomentar di tulisan  Pak Kris Banarto di SINI 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun