Kelihatan memang baik. Sebenarnya tidak baik. Apakah mendukung orang melakukan  kesalahan itu baik?
Berpikir baik saja belum cukup. Namun perlu berpikir baik-baik secara mendalam. Bukan asal berpikir baik.Â
Itu sebabnya apa yang sering dikatakan atau dilakukan orang bijak tampak tidak baik. Tega. Tetapi itulah kebaikan yang sesungguhnya.Â
Ada kisah. Seorang biksu justru pergi meminta derma ke seorang nenek miskin. Apa-apaan  ini biksu? Apa tidak pakai otak? Apa yang bisa orang miskin berikan?Â
Tak heran biksu lain mengolok-olok biksu ini. Biksu kejam. Tak punya perasaan. Biksu cuma kepalanya botak doang.Â
Sang nenek tidak bisa memberikan apa-apa. Miskinnya kuadrat. Sang biksu terus meminta. Apa saja yang ada bisa dimakan.Â
Ternyata masih ada sisa bubur basi. Tak apa. Berikan saja. Biksu itu menerima dengan sukacita. Sementara sang nenek berlinang air mata. Bahwa sisa bubur basinya masih ada harga.Â
Inilah kebaikan sesungguhnya. Sang biksu memahami. Bahwa untuk mengubah kemiskinan sang nenek di kehidupan yang akan datang harus dengan memberi kesempatan padanya berderma.Â
Ini bukan hanya kebaikan. Tetapi melampaui kebaikan. Sebab tidak semua orang baik pun mampu memikirkan ini sebagai kebaikan.Â
@cerminperistiwaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H