Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertemu Kembali Nurani

30 Juni 2020   08:38 Diperbarui: 30 Juni 2020   09:31 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva /katedrarajawen


Katedrarajawen _Saat waktunya bersembunyi di balik selimut, masih ada gerakan hati untuk 'berjalan-jalan' di dunia maya. 

Membaca-baca. Ketika hendak berkomentar, ingin mencari referensi. Mau bergaya barangkali. Ada untungnya. 

Ada nasib baik bertemu kembali dengan dua puisi. Senang sekali. Sebab sudah lama bersembunyi. Sejak ditulis pertama kali 2012 dan tak basi. Ada yang berbaik hati membagikan lagi. 

Selain sebagai bahan introspeksi kembali. Bisa pula menjadi bahan koreksi. 

Sebenarnya pertama baca lagi bingung sendiri. Apa tidak salah yang menulis saya sendiri. Bukan masalah bagus atau tidak. Kenapa bisa menulis seperti ini. Tentang nurani. 

Sebab itu saya bagikan kembali bersama kita nikmati. Mohon berkenan bila ada yang sudi menemani. Berbaik hati pula untuk memberikan koreksi yang bergizi. 

Menyambut Suara Hati

#Suara hati

Apakah telah mati?

Entah ke mana pergi 

Tak menyapa memberi makna lagi

Berlaku sesukanya lepas kendali

#Suara hati

Kemanakah aku mencari?

Kuyakini engkau tidak mati

Kurindu pengajaranmu setiap hari 

Membuat aku berarti dan tahu diri

#Suara hati

Kutahu masih disini

Tak pernah meninggalkanku sendiri 

Setia menemani dalam kasih

Hanya kebodohan dan keegoan menutupi

#Suara hati

Sungguh berbahagia saat ini

Aku masih memiliki di sini

Bisa mendengarkan bisikmu kembali

Membuat aku terjaga dan mengerti

#Suara hati

Aku bersyukur masih terdengar lagi 

Sementara banyak yang tak sadar diri

Tak mau lagi mendengar bisikmu sebagai refleksi 

Tergoda, terlena, dan terjebak kesesatan pengertian sendiri

#Suara hati

Aku menyambut sebagai sahabat sejati 

Kusingkap tirai kebodohan, keangkuhan dan keegoan menjauh pergi

Ajari, aku akan menjadi murid manis yang mengerti 

#Suara hati

Engkaulah tuanku yang pasti 

Penguasa tubuh palsu ini

Engkaulah kesejatian diri

Kusambut kehadiranmu selalu kini

#Suara hati

Kusambut hadirmu dalam segala sukacita yang melampaui

Kutahu engkaulah kebenaran nan suci

Suara kebenaran yang tak terbantah titipan yang Mahatinggi

#Suara hati

Suara kebenaran hakiki 

Menjadikan aku benar berarti 

Menjadi aku manusia sejati 

Bersyukur dan berterima kasih 

Layak kupersembahkan pada nuraniku yang masih murni 

Ini hasilnya setelah saya koreksi dengan gaya terkini. Bandingkan dengan yang ditulis pertama kali.  Yang kemudian saya temukan di SINI. 

Sunyi, Sepi dan Nurani

Malam ini

Tatkala hujan mengiringi

Aku tertunduk sepi

Sunyi yang teramat menyelimuti

Hingga suara nurani begitu jernih

Larut dalam meditasi 

Saatnya refleksi

Mencari

Menggali

Menjelajahi

Menyelami

Merenungi

Sepi bukan mati

Sunyi bukan tak berarti

Nurani penguasa diri

Dalam sepi dan sunyi

Aku menari dan bernyanyi

Puisi ini hanya mengalami perubahan sedikit. Hanya mengubah dan menambah satu kata dan menghilangkan tiga kata. Sebagai pembandingnya yang dimuat kembali di SINI. 

Saya tidak tahu lebih baik atau bergaya yang mana. Karena dalam pikiran saya saat menulis itu ada rasa nyaman dan bisa menjadi bahan refleksi. Ditambah ibarat makanan, tidak cepat basi. 

Sebenarnya saya juga menemukan tulisan motivasi mingguan selama setahun yang dimuat kembali di dua blog. 

Guru Penulis

Ririin _  riiny

Bila ini terjadi, cukuplah mengucap syukur. Bahwa apa yang kita tulis masih ada yang peduli dan berarti. 

Buktinya sampai mau dipublikasikan di blognya. Anggaplah itu sebuah niat baik. Sama halnya ketika kita menulis dengan sebuah niat baik. Cukup sampai di sini. 

@catatanringan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun