Katedrarajawen _
Tadinya mau sok-sokan tulisan ini diberi judul 'Tip Menulis Kutipan'. Mendadak tidak jadi saat mau menulis.Â
Soalnya ingat dulu-dulu pernah menulis tentang tip menulis. Jadi tidak enak hati. Malu. Tidak. Mau terulang lagi.Â
Karena sebenarnya saya ini tidak mengerti teori menulis yang baik dan benar itu bagaimana.Â
Waktu mau menulis yang dipikir gampang dimengerti dan bermanfaat. Paling tidak mengandung walau sebiji kebaikan.Â
Ini jujurnya. Risikonya bisa dianggap sok rendah hati atau sok pamer. Beginilah hidup. Berbohong dipercayai. Jujur malah jadi bahan tertawaan dan cercaan ha ha ha.Â
Jadi?Â
Ceritanya mau curhat saja. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, apalagi niat menulis tentang hal ini, sebelum muncul pertanyaan dari seorang kawan di Instagram.Â
Perihal, produktivitas saya dalam menulis 'Kutipan' atau kutipan. Bisa juga diartikan kata bijak, kata motivasi, renungan. Semacam itulah. Inspirasinya dari mana?Â
Jawaban saya, dari kejadian sehari-hari. Dalam setiap hari pasti akan menemui kejadian. Dari sebuah peristiwa ataupun bacaan.Â
Cuma saya belum bilang ke teman ini, bahwa menulis kutipan atau kata-kata ini sudah lama saya lakukan. Menulisnya pun di kertas koran atau kalender  yang ada bagian kosongnya. Kalau tidak ketemu, di tembok pun jadi.Â
Belakangan kerenan dikit. Di buku agenda. Sepertinya spontan saja begitu melihat suatu kejadian setelah direnungkan atau dipikirkan ingin segera ditulis.Â
Pernah lagi rapat, bukannya nulis tentang poin penting dalam rapat malah menulis  kutipan. Beruntung yang sebelah tidak melapor, malah memuji.Â
Kalau yang tidak berkenan di tempat kerja, menulislah di status Whatsapp.Â
Misalnya ada yang mengeluh kalau ia habis ditegur. Dianggap tidak menghormati pimpinan. Karena saat ada pimpinan ada, ia malah menghindar.Â
Saya tulis "Bawahan memang harus menghormati pimpinan. Tetapi sebagai pimpinan lebih harus menghormati bawahan."
Lalu "Sebagai bawahan tidak menghormati pimpinan itu wajar. Tetapi sebagai pimpinan tidak menghormati bawahan itu kurang ajar."
Dalam kan? Silahkan menyelami. Semoga tidak tenggelam.Â
Pada masa-masa hidup yang begitu berat. Kehilangan semangat dan gairah. Kata-kata yang selalu saya ucapkan sampai saat ini saya anggap adalah yang terbaik.Â
" Saya boleh tidak punya apa-apa, tetapi tidak boleh tidak punya harapan."Â
"Saya boleh kehilangan segalanya. Namun tidak boleh kehilangan harapan."Â
Saat itu selalu saya ucapkan. Saat berjalan dalam kehampaan. Saat-saat berada di ujung kehancuran.Â
Kata-kata yang selalu saya ucapkan menjadi kekuatan untuk terus bertahan dan berjalan.Â
Pernah juga karena suatu masalah. Sudah berdoa dalam linangan air mata. Berhari-hari. Seperti sudah tidak ada jawaban.Â
Menulislah "Ketika berdoa dan berdoa, seakan tanpa harapan dan mulai kecewa. Tetaplah berdoa dalam pengharapan."
"Bila berdoa belum terkabul. Tetaplah berdoa lebih tulus lagi dan bersabar dalam pengharapan."
Selalu ada kata "pengharapan".Â
Ada satu kutipan lagi yang sudah lama saya tulis dan tetap suka. Boleh jadi sebagai pedoman hidup. Yang spontan muncul tanpa terpikirkan sebelumnya. Saya juga tidak tahu. Apakah pernah ada yang menulis kutipan ini?
"Aku boleh hidup dalam penghinaan. Namun tidak boleh mati dalam kehinaan."
Kalau sampai hari ini masih rajin menulis kutipan ini. Karena memang  belum juga bijak. Kalau kutipan motivasi, tentu tujuannya untuk memotivasi diri. Sekalian berbagi. Siapa tahu ada yang berkenan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H